Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bang Fadli Gak Abis Pikir sama Pak Luhut: Sangat Memprihatinkan

        Bang Fadli Gak Abis Pikir sama Pak Luhut: Sangat Memprihatinkan Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah pusat dengan kepala daerah masih berbeda dalam penanganan Covid-19 yang angka kasus positifnya makin bertambah. Hal ini disoroti Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon terkait masih beroperasionnya Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line.

        Fadli menilai kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan sulit efektif jika pemerintah pusat masih bersikap kontra terhadap usulan kepala daerah. Ia menyebut usulan Gubernur DKI Anies Baswedan dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil terkait KRL disetop selama 14 hari seharusnya direspons positif Kementerian Perhubungan.

        Namun, usulan tersebut malah ditolak pemerintah yang diwakili Menteri Perhubungan Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan.

        Baca Juga: Karena Hal-hal Ini, Pakar Kesehatan Makin Pesimis Covid-19 Bisa Lenyap dari RI

        "Ditolak oleh Menteri Perhubungan Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan tanpa diskusi yang mendalam. Menurut saya, respons tersebut sangat memprihatinkan," kata Fadli dalam keterangannya yang dikutip pada Senin (20/4/2020).

        Fadli mengingatkan saat ini wilayah Jabodetabek sudah mulai memberlakukan PSBB. Maka itu, dengan penduduk yang hampir 30 juta, Jabodetabek harus menjadi perhatian serius karena jadi episentrum Covid-19 di Indonesia.

        "Penyebaran Covid-19 ini kan dari manusia ke manusia. Tanpa pembatasan aktivitas orang, kita tak akan bisa memutus rantai penularannya. Dan KRL adalah salah satu rantai penting penularan virus tersebut," jelas Anggota Komisi I DPR itu.

        Dia pun merujuk pernyataan sikap Pemerintah Kabupaten Bogor bahwa rata-rata pasien positif Covid-19 yang berdomisili di wilayahnya tertular di KRL.

        Menurut Fadli, kebijakan PSBB belum maksimal dalam memutus rantai penyebaran Covid-19. Dengan menyebut seharusnya kebijakan yang diambil pemerintah pusat adalah karantina wilayah (lockdown), bukan PSBB. Maka itu, terkait usulan penghentian KRL sebenarnya realistis dan bisa efektif sesuai tujuan.

        "Di tengah situasi darurat, fokus kebijakan publik mestinya adalah problem solving, serta berorientasi mengatasi kegagalan. Karena itu, penolakan Menteri Perhubungan, dapat berakibat kurang efektifnya PSBB," ujar Fadli.

        Baca Juga: Ada Foto-foto Lab Wuhan Simpan 1.500 Virus Termasuk Covid-19, Tuduhan AS Bukan Bualan?

        Sebelumnya, Kementerian Perhubungan beralasan KRL tak disetop karena terkait erat dengan sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama masa PSBB.

        Penghentian KRL dinilai akan membuat banyak orang tidak bisa bekerja. Padahal, mereka bekerja di sektor usaha yang masih diizinkan beroperasi selama PSBB, yang tersebar di wilayah penyangga ibu kota.

        Jika operasional KRL disetop sementara, justru dapat menimbulkan masalah baru dalam upaya penanganan Covid-19.

        "Pak Menko Luhut mendapatkan laporan bahwa penumpang KRL itu mayoritas adalah pekerja. Jadi kita juga tidak ingin seperti mereka yang bekerja di fasilitas kesehatan jadi terdampak jika KRL ini disetop operasionalnya," kata Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan, Marves Jodi Mahardi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/4/2020).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: