Pandemi Covid-19 yang masih menginfeksi Indonesia telah merontokkan harga komoditas energi secara global. Buktinya, harga minyak mentah dunia, komoditas energi lain, seperti batu bara, gas alam hingga harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok hingga ke level terendah di caturwulan I 2020 ini.
Data CIF Rotterdam mencatat harga CPO pada akhir periode II April 2020 berada di level US$505 per MT. Harga ini melemah hingga 24,6 persen dibandingkan awal April 2020 sebesar US$670 per MT. Jika dibandingkan dengan harga CPO pada awal Januari lalu, maka harga saat ini merosot drastis hingga 42,6 persen.
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah negara di dunia menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown untuk menekan laju pertumbuhan kasus. Namun, kebijakan tersebut menimbulkan konsekuensi lain pada sektor perekonomian negara.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Minus, Harga CPO Ambles
Lockdown membuat miliaran orang di planet bumi harus berdiam diri di rumah dalam waktu yang cukup lama. Imbasnya, sektor transportasi terpuruk dan restoran menjadi sepi pengunjung. Hal ini berdampak pada? anjloknya konsumsi bahan bakar dan minyak untuk makanan.
Harga CPO anjlok signifikan seiring dengan harga kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Mei yang berakhir 21 April lalu terjun bebas hingga menyentuh wilayah minus.
Merosotnya harga minyak menjadi sentimen negatif untuk harga CPO, sebab minyak sawit merupakan bahan baku biodiesel yang menjadi produk substitusi minyak fosil sebagai bahan bakar.
Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan bahwa permintaan semua komoditas energi seperti batu bara, gas alam hingga CPO menurun. Hal ini menjadi penyebab tren harga bearish.
"Semuanya masih bergantung pada solusi virus dan efeknya terhadap resesi global," ujar Wahyu.
Baca Juga: Konsumsi Minyak Sawit: Cara Mudah Cegah Infeksi Covid-19!
Menurut Wahyu, harga komoditas energi dapat kembali pulih asalkan kondisi ekonomi membaik. Namun, saat ini tren harga batu bara, gas alam hingga CPO masih melandai.
Lebih lanjut, Wahyu mengatakan bahwa khusus CPO dapat lebih stabil dibandingkan komoditas lainnya karena mayoritas diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan konsumsi, bukan energi. Selain itu, beberapa pabrik CPO di Sabah, Malaysia ditutup sehingga suplai dan permintaan sedikit seimbang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti