Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Agar Sampah Plastik Gak Menumpuk saat Corona, Yuk Dukung Industri Daur Ulang

        Agar Sampah Plastik Gak Menumpuk saat Corona, Yuk Dukung Industri Daur Ulang Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tak dapat dipungkuri selama pandemi COVID-19, konsumsi sampah plastik sekali pakai di masyarakat meningkat tajam. Bukan saja untuk kebutuhan konsumsi makanan yang makin membutuhkan jaminan kebersihan dan keamaan dari paparan COVID-19, tapi  juga untuk berbagai kebutuhan lain.

        Terutama yang terkait dengan Alat Perlindungan Diri (APD) baik yang dipakai masyarakat umum maupun oleh tenaga medis. Mulai dari masker, sarung tangan, APD medik, alat-alat kesehatan, kemasan medis, bilik-bilik desinfektan yang banyak dibuat warga atau bilik-bilik pelindung kasir yang kini digunakan di supermarket-supermarket.

        Selain itu, kini marak belanja online yang menggunakan lebih banyak bahan pembungkus plastik dibanding belanja ofline. Semua harus sampah-sampah ini tentu harus dikelola dengan baik jangan sampai menjadi persoalan baru, menumpuknya sampah dan menjadi sumber penyakit.

        Ini memperlihatkan bahwa plastik merupakan material produk yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan modern.

        “Kalau saya lihat di Life Cycle Assesment, plastik adalah material yang paling ramah lingkungan, karena plastik bisa diolah kembali berkali-kali dan menghasil produk lain. Masalahnya adalah kebiasaan buruk manusia yang membuang sampah plastik tidak pada tempatnya. Plastik harus dibuang secara terpisah dengan jenis sampah lainnya,” kata Direktur Institute of Plastic Waste Management Indonesia Dr Ahmad Zainal Abidin dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Komunitas Plastik Untuk Kebaikan Yogyakarta, dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (25/4/2020).

        Baca Juga: Pandemic Corona Bikin Penggunaan Plastik Makin Tinggi

        Baca Juga: Stop Memaki Dokter Terawan, Demokrat: Dia Emang Ceplas-ceplos Tapi Gak Cari Panggung

        Menurut dia, bahan baku plastic termasuk yang ramah terhadap lingkungan karena tidak banyak merusak alam. Waktu diproses tidak banyak mengonsumsi air dan energi dan ketika digunakan, plastik termasuk yang memerlukan energi yang kecil, berat yang kecil, volume yang kecil. Juga harga yang lebih murah dan tahan dalam penggunaan.

        Doktor di bidang polymer Engineering University of Manchaster Institute of Science and Technology ini menjelaskan,  permasalahannya adalah Ketika plastik dibuang menjadi sampah. Kebanyakan orang mencampur semua jenis sampah. Sehingga plastiknya susah diolah atau kalau pun bisa menjadi kurang efisien karena biaya memungut dan memilahnya menjadi sangat besar.

        “Di tengah pandemi dan ketidakpastian, prioritas kita harus jelas. Menjaga kesehatan dan kehigienisan adalah nomor satu. Namun, perlu perhatian khusus juga untuk pemilahan, pengumpulan dan pengelolaan sampah plastik. Sampah rumah tangga harus terkelola dengan baik. Ini momentum yang baik untuk membangun budaya mengelola sampah dengan baik, pisahkan plastik dengan sampah lainnya,” kata Zainal.

        Saat ini beberapa negara bagian seperti Amerika sudah mulai menunda pelarangan plastik sekali pakai untuk mengerem laju pandemi. Dapat dimengerti, pandemi ini membuat semua menjadi hypervigilant karena di saat-saat seperti ini, kesehatan nomer satu.

        Pembicara lain pada diksusi ini, Managing Director Klinik Sampah Kertabumi M Ikbal Alexander menjelaskan, perlu upaya terus menerus untuk mengedukasi masyarakat bahwa sampah plastik bisa dikelola dan memiliki nilai ekonomi. Meski setiap jenis sampah plastik berbeda beda nilai ekonominya. “Sampah botol plastik adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis paling tinggi. Bank sampah biasa membeli Rp3.000 per Kg. Jadi sampah jenis ini kalaupun cuma di buang di pinggir jalan, akan ada pemulung yang mengambilnya karena memang bernilai ekonomis, berbeda dengan sampah kantong kresek,” kata dia.

        Pada kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan Karyanto Wibowo mengatakan, ekonomi sirkular sangat erat kaitannya dengan industri daur ulang dan merupakan industri yang harus dijaga keberlangsungannya di tengah pandemi COVID-19 ini.

        Ekonomi sirkular adalah alternatif ekonomi linier tradisional (dimana produk dibuat, digunakan dan sampahnya dibuang) dimana sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum penggunaan, memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.

        Sayangnya, menurut Zainal, saat ini industri daur ulang Indonesia sedang mengalami tekanan yang luar biasa karena harga virgin plastic yang tidak jauh berbeda dengan harga plastik daur ulang sebagai akibat turunnya harga minyak bumi sebagai bahan dasar biji plastik. Akibatnya pengusaha lebih memiliki menggunakan virgin plastik.

        Ini dibenarkan Ketua Ikatan Pemulung Indonesia Prispoly Lengkongyang sudah sejak beberapa waktu lalu mengeluhkan tidak adanya proteksi dari pemerintah terhadap industri daur ulang. Prispoly mengaku menerima banyak keluhan dari pemulung yang tidak bisa menjual plastiknya karena banyak pelapak tutup. Pelapak tutup karena UKM dan Industri juga untuk sementara tidak melakukan pembelian plastik selama COVID-19.

        Mengutip data Kemenperin saat ini terdapat 600 industri besar dan 700 industri kecil yang bermain di sektor industri daur ulang plastik. Namun persentase pengolahan daur ulang yang ada masih sangat rendah. Dari sebanyak 7,23 juta konsumsi plastik dalam setahun, hanya terdapat 914.000 atau sekitar 12,6% saja yang kemudian di daur ulang kembali.

        Dari sekian banyak industri besar yang menggunakan plastik sebagai bahan baku, salah satu yang telah berkomitmen mendukung penggenaan kemasan daur ulang adalah Danone Aqua.

        “Aqua terus memproduksi produk Aqua Life yang menggunakan 100% bahan daur ulang PET, selain seluruh botol kemasan Aqua sudah mengandung 25 % bahan daur ulang. Ini merupakan komitmen Danone mendukung pengerangan sampah plastik,“ kata Direktur Komunikasi Danone Indonesia Arif Mujahidin.

        Menurut dia, pihaknya tinggal menunggu komitmen dari pelaku usaha lainnya untuk memajukan industri daur ulang Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: