Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jadi Kopi Paling Bergengsi, Sosok di Balik Suksesnya Starbucks Ternyata Dulu Hanya Anak Miskin

        Jadi Kopi Paling Bergengsi, Sosok di Balik Suksesnya Starbucks Ternyata Dulu Hanya Anak Miskin Kredit Foto: CNBC
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kesuksesan rantai kedai kopi Starbucks yang ada di seluruh dunia tak terlepas dari peran seorang Howard Schultz. Namun sebelum sukses seperti sekarang ini, ia harus menjalani hidup yang terjal.

        Lahir di New York pada 19 Juli 1953. Ia bukanlah seseorang yang berasal dari keluarga kaya raya. Pada usia 7 tahun, ia harus merasakan pahitnya kehidupan. Di tambah ayahnya yang kecelakaan dan tak memiliki asuransi kesehatan, ia pun harus berjuang membiayai pengobatan sang ayah.

        Dari usia 12 tahun, Howard sudah bekerja. Apapun pekerjaan ia lakoni, seperti loper koran dan penjaga toko. Pendidikan formal yang Howard raih juga hanya sampai SMA.

        Baca Juga: Bisnis Terganggu Covid-19, Pemilik Starbucks Akan Ambil Langkah Nyata!

        Namun, untunglah Howard pandai dalam bidang olahraga hingga ia dapat menempuh bangku perkuliahan lewat beasiswa di Northen Michigan University dan lulus sebagai sarjana komunikasi pada 1975.

        Usai lulus dari bangku perkuliahan, Howard pun bekerja di perusahaan teknologi Xerox sebagai sales manager. Dari sana ia kemudian meniti karier di perusahaan Hamamaplast asal Swedia. Howard pun bertugas menjual peralatan rumah tangga, termasuk mesin penjual kopi. Itulah saat Howard berkenalan dengan Starbucks.

        Dulu Starbucks yang ia kenal hanyalah kedai kopi kecil yang didirikan oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl dan Gordon Bowker. Merasa terkesan dengan perkembangan perusahaan itu, Howard akhirnya menelpon sang pimpinan dan meminta untuk bekerja di sana.

        Howard pun akhirnya diterima sebagai marketing. Dan setelah satu tahun bekerja, Howard dikirim ke Italia untuk belajar cara membuat resep kopi Italia. Di Italia, pikiran Howard semakin terbuka.

        Di sana Howard melihat begitu banyak kafe di pinggir jalan yang menyajikan kopi. Para pengunjungnya pun betah duduk berjam-jam hanya meminum secangkir kopi.

        Howard pun berpikir bahwa konsep Starbucks harus berubah. Menurut Howard, Starbucks tak boleh hanya sekedar menjual kopi, tapi harus menjadi kafe yang nyaman agar pengunjungnya betah berada di sana.

        Sekembalinya dari Italia, Howard pun mengajukan idenya ke pimpinan Starbucks. Namun sayang, ide yang dimilikinya ditolak. Akhirnya Howard keluar dan mencoba membuat kafe sendiri karena merasa tak lagi sejalan dengan perusahaan.

        Dengan modal USD 1,7 juta saat itu, Howard pun mendirikan kedai kopinya sendiri dengan nama Il Giornale di Seattle. Kedai kopinya tersebut menggunakan konsep kedai kopi di Italia.

        Berjuang dengan meminta bantuan kepada 242 orang, dan sebanyak 217 orang di antaranya menolaknya mentah-mentah, Howard pun sukses membawa Il Giornale di hati masyarakat. Il Giornale pun berkembang pesat melebihi kedai kopi starbucks yang lebih dahulu didirikan.

        Hingga akhirnya pada tahun 1992, Howard membeli seluruh saham Starbucks dan menjadi pimpinan dari Starbucks Corporation.

        Seiring berjalannya waktu, produk kopi starbucks semakin banyak disukai oleh masyarakat. Di tahun 1992, perusahaan pun melantai bursa. Di tahun yang sama, Starbucks mampu memperluas jangkauan perusahaannya dengan membuka 165 toko di Amerika Serikat.

        Kesukesan Howard pun menarik perhatian dunia hingga pada tahun 2000, Starbucks menjadi perusahaan global dengan total 3500 kedai kopi di seluruh penjuru dunia.

        Meski telah sukses,  Howard tetap memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Starbucks dikenal sebagai perusahaan yang memberikan jaminan kesehatan yang sangat besar kepada para karyawannya. Howard tak ingin karyawannya merasakan apa yang ia derita saat kecil.

        Walaupun saat ini Howard sudah tak lagi memimpin Starbucks sebagai CEO, namun Howard masih menjadi pemilik dari raksasa kopi tersebut. Dia pun masih memiliki andil yang cukup besar dari inovasi Starbucks.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: