Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gelut Luhut-Said Didu Memanas, Ahli Hukum: Sama-sama Ogah Terhina

        Gelut Luhut-Said Didu Memanas, Ahli Hukum: Sama-sama Ogah Terhina Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perseteruan antara Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan dan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu makin meruncing. Tak ada pernyataan minta maaf dalam surat klarifikasi dari Said Didu pada 7 April lalu, kasus itu justru masuk ke ranah hukum.

        Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pun memanggil Said Didu, Senin (4/5/2020), meski akhirnya diwakili kuasa hukumnya. Hal itu terkait unggahan video di akun YouTube-nya berjudul MSD: LUHUT HANYA PIKIRKAN UANG, UANG, DAN UANG yang dituding menghina dan mencemarkan nama Luhut.

        Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai memanasnya perseteruan itu karena Said Didu maupun Luhut tidak mau kehilangan muka. Menurutnya, sebagai pejabat publik harus siap mendapatkan kritikan. Bahkan, tidak dimungkiri kerap mendapat hinaan.

        Baca Juga: Ulama Ini sampai Geleng-geleng Ada Menteri Gak Kuasa Cegat TK China, Opung Luhut Tertampar!

        Demikian juga bagi kritikus, harus tetap menjaga omongan. Menurut dia, ada dua parameter dalam menyampaikan kritik. "Pertama, tidak menyinggung suku, agama, dan ras (SARA). Kedua, tidak menyinggung soal hal yang sifatnya personal," ujar Refly dikutip dari video di akun YouTube-nya bertajuk SAID DIDU VS LUHUT 2: KEJARLAH DAKU KAU KULAPORKAN!!! pada Senin (4/5/2020).

        Eks Ketua Tim Anti Mafia Mahkamah Konstitusi (MK) itu menilai hal yang paling substantif adalah bagaimana ruang demokrasi tetap terjaga dan digunakan sebaik-baiknya. Dalam menyampaikan kritik, fokus pada apa yang disampaikan dan diargumentasikan. Kalau ada pihak lain yang menyampaikan kontra argumen, maka di sana ada ruang dialog.

        Tetapi jika pihak lain menyerang hal-hal yang tidak substantif, biasanya perseteruan yang terjadi. Kalau tidak sanggup berdebat, biasanya akan melakukan serangan hal-hal yang tidak substantif.

        "Mereka yang menghina Anda, belum tentu lebih baik daripada Anda. Tidak ada orang yang akan menjadi hina kalau dia dihina," kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: