Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        3 Poin Penting Digitalisasi di Asia Tenggara Selama Pandemi

        3 Poin Penting Digitalisasi di Asia Tenggara Selama Pandemi Kredit Foto: KrAsia
        Warta Ekonomi, Bogor -

        Karantina akibat COVID-19 di berbagai negara Asia Tenggara telah berdampak pada aktivitas ekonomi di wilayah tersebut. Tak cuma itu, pandemi COVID-19 juga telah memengaruhi digitalisasi perusahaan di Asia Tenggara.

        Sistem operasional ritel tradisional dan layanan serupa berubah secara drastis dalam dua bulan terakhir. Kelangsungan bisnis mereka kini bergantung pada keberhasilan transformasi digital; seperti berbagai pusat perbelanjaan yang menyediakan layanan pesan-antar melalui situs/aplikasi perpesanan. Belum lagi, adanya perubahan perilaku konsumen akibat wabah corona.

        Nah, merangkum informasi dari Kr-Asia, ada tiga hal yang bisa perusahaan pelajari mengenai proses transformasi digital akibat pandemi COVID-19. Apa saja?

        Baca Juga: Corona dan Campak Belum Reda, Negara Ini Kembali Dilanda Virus Ebola

        Baca Juga: Dua Aplikasi Ojol Ambil Ancang-Ancang Hadapi New Normal, Driver dan Pengguna Sama-Sama Harus . . . .

        Logistik berperan penting dalam kesuksesan e-commerce

        Saat Thailand menetapkan keadaan darurat akibat corona, unduhan aplikasi belanja daring meroket 60% menurut data App Annie. Indonesia, Singapura, dan Vietnam juga melaporkan lonjakan unduhan, masing-masing 10%.

        Pertumbuhan permintaan belanja daring pun terjadi, melahirkan krisis pasokan yang memaksa peritel menunda pengiriman. Sebagai gambaran, Asosiasi Digital Malaysia mencatatkan lonjakan permintaan pengiriman bahan makanan utama hingga 600% pada pekan ketiga Maret.

        Survei tentang dampak COVID-19 terhadap keuangan dan operasional ritel di China menunjukkan: masalah transportasi dan logistik menjadi faktor utama yang menurunkan pendapatan akibat penjualan.

        Artinya, bisnis e-commerce harus memastikan peningkatan kualitas logistik demi membangun peluang yang muncul karena adanya COVID-19.

        Perlu upaya kolektif untuk ciptakan masyarakat digital yang inklusif

        Dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), akses ke pendidikan jadi sangat bergantung pada perangkat pintar dan konektivitas internet. Ini jadi salah satu masalah yang Indonesia hadapi, mengingat ada sejumlah kasus di mana murid di sejumlah daerah tak memiliki akses internet dan perangkat pintar.

        Sebagai contoh, perusahaan akuntan internasional Deloitte bermitra dengan Engineering Good dalam menyediakan laptop bagi siswa di Singapura yang membutuhkan perangkat untuk belajar dari rumah.

        Dalam kata lain, pengunaan teknologi untuk pendidikan yang inklusif memerlukan upaya kolektif dari pemerintah, pihak swasta, serta masyarakat yang bisa membantu.

        Digitalisasi ekonomi harus bisa diterima oleh semua pihak

        Pada awalnya, kehadiran layanan pesan-antar makanan berbasis aplikasi, seperti GrabFood dan GoFood menuai pro-kontra. Ada pedagang yang merasa terbantu, ada pula yang merasa komisi dari penjualan di platform serupa tak begitu besar.

        Pada akhirnya, pandemi telah membuat lebih banyak restoran bergabung dengan platform pesan-antar makanan daring. Contohnya, inisiatif 'Satu Dalam Kopi dari Tokopedia dan pemerintah guna mempromosikan industri kopi lewat saluran daring dan penggunaan Line dalam menghubungkan penjual jajanan di Thailand dengan pelanggan dan mitra pengantar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: