Industri manufaktur Indonesia belum menujukkan tanda-tanda kebangkitan. Laporan IHS Markit menyebutkan purchasing managers' index (PMI) atau indeks manajer pembelian, yang menjadi indikator kinerja industri manufaktur Indonesia masih menunjukkan tren perlambatan.
Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw menyatakan PMI Indonesia pada Mei 2020 berada pada level 28,6. Angka ini hanya naik tipis di bawah bulan sebelumnya sebesar 27,5. PMI di atas 50 menunjukkan manufaktur tengah ekspansif, sedangkan di bawah 50 menunjukkan manufaktur mengalami resesi.
"Dengan tetap jauh di bawah 50 tidak ada perubahan tingkat. Angka terbaru tersebut juga menunjukkan tingkat yang parah memburuknya sektor ini dan menandai tingkat terendah kedua yang pernah dicatat," kata Bernard dalam risetnya, Rabu (3/6/2020).
Baca Juga: Gawat! Nasib Bisnis Penerbangan Nasional di Ujung Tanduk
Bernard mengungkapkan manufaktur Indonesia semakin tajam menurun karena langkah-langkah berkelanjutan yang diambil untuk menghentikan penyebaran penyakit virus corona. Menurut data IHS Markit, melambatnya PMI manufaktur Indonesia didorong oleh menurunya volume produksi dan pesanan baru setelah rekor kontraksi pada April.
"Para perusahaan khawatir tentang kelebihan kapasitas dan selanjutnya mengurangi jumlah karyawan di samping pengurangan untuk aktivitas pembelian dan menginput persediaan. Sementara itu, biaya input naik lagi karena solid untuk kekurangan material dan nilai tukar yang lemah," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: