Ribuan Demonstran di AS Turun ke Jalan Tuntut Keadilan Rasial, Penyebaran Corona di Sana. . .
Kematian George Floyd, pria kulit hitam pada 25 Mei di Minneapolis oleh polisi tampaknya masih meninggalkan duka bagi sebagian warga Amerika Serikat (AS).
Dikutip Voaindonesia sebagaimana dilansir dari Okezone di Jakarta, Minggu (7/6/2020) ribuan orang berunjuk rasa di Washington, di kota-kota lain di AS dan di seluruh dunia, Sabtu (6/6) kemarin, menentang rasisme dan kebrutalan polisi.
Serangkaian demonstrasi itu digelar setelah kematian seorang laki-laki Afrika Amerika dalam tahanan polisi hampir dua pekan lalu.
Baca Juga: Masya Allah! Komunitas Muslim di AS Ikut Turun ke Jalan Perangi Kasus Rasisme ke George Floyd
Demonstrasi menuntut keadilan rasial dan reformasi penegakan hukum sistemik pecah di kota-kota di seluruh Amerika dan terus terjadi setiap hari setelah kematian George Floyd di Minneapolis, negara bagian Minnesota.
Pria Afrika-Amerika itu meninggal setelah polisi bernama Derek Chauvin menekan lututnya ke leher Floyd selama hampir 9 menit, sementara dia mengerang karena tidak bisa bernapas.
Kematian Floyd adalah yang terbaru dari banyak kematian di kalangan warga Amerika berkulit hitam dalam tahanan polisi.
Tak lama kemudian, dalam protes-protes di berbagai kota di seluruh dunia, orang-orang dari segala usia dan ras meneriakkan seruan "Saya tidak bisa bernapas," yang merupakan salah satu kalimat terakhir Floyd.
Di ibu kota AS, para demonstran yang damai berpawai di siang hari yang panas dan lembab di banyak tempat, serta di luar gedung Capitol dan sepanjang kawasan National Mall.
Wali Kota Washington D.C. Muriel Bowser berbicara sore hari di hadapan massa yang berkumpul di Plaza Black Lives Matter, di sebelah utara Taman Lafayette dan Gedung Putih.
Sehari sebelumnya, Bowser meminta sejumlah seniman lokal untuk membuat tulisan “Black Lives Matter” dengan cat warna kuning sepanjang dua blok di 16th Street.
"Senang sekali melihat semua orang melakukan unjuk rasa damai, mengenakan masker," kata Wali Kota Bowser kepada massa, menurut The Hill. Dia juga menyerukan massa untuk lebih keras menuntut "lebih banyak keadilan dan lebih banyak perdamaian," kata laporan The Hill.
Dengan berkumpulnya manusia di satu tempat, khususnya saat terjadi aksi unjuk rasa di Amerika Serikat, muncul kekhawatiran terkait penyebaran virus corona.
Sebelumnya dilaporkan, Jenderal Ahli Bedah Amerika Serikat (AS) Dr. Jerome Adams memperingatkan agar negara itu bersiap menghadapi wabah baru virus corona (Covid-19) yang disebabkan oleh demonstrasi memprotes kematian George Floyd.
Demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi di banyak wilayah di AS telah membuat ribuan orang berkumpul dalam jarak dekat.
"Saya tetap khawatir tentang konsekuensi kesehatan masyarakat, baik rasisme individu dan institusional (dan) orang-orang yang memprotes dengan cara yang berbahaya bagi diri mereka sendiri dan bagi komunitas mereka," kata Adams kepada Politico dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Senin (1/6/2020) lalu.
"Berdasarkan cara penyebaran penyakit, ada setiap alasan untuk berharap bahwa kita akan melihat klaster baru dan berpotensi wabah baru bergerak maju," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: