Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa menolak keberadaan China.
Hal tersebut dikatakan lantaran hubungan Indonesia dan China sering jadi nyinyiran, termasuk soal investasi dan tenaga kerja. "Dampak Covid-19 ini ada dampak di Tiongkok, kita nyinyir lihat Tiongkok. Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia. Kita suka tidak suka saya harus sampaikan, kita ndak bisa ignore keberadaan dia (China). Nah ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia," katanya dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (22/6/2020).
Baca Juga: Fahri Gak Setuju Cara Luhut Polisikan Said Didu: Cerita Saja Kalau Anda Gak Korupsi
Baca Juga: Di Usia 59 Tahun Jokowi, Harapan Luhut: Tetap Tegar Hadapi...
Lanjutnya, ia menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya ingin menjalin kerja sama dengan China. Tetapi, negara lain seperti Amerika Serikat (AS) hingga Uni Emirat Arab (UEA) dan lainnya.
"Sekarang zaman Presiden Jokowi saya kira hubungan kita dengan tiga-tiga ini (China, UEA, AS) saya boleh katakan sangat baik. Kita dengan Abu Dhabi saya pikir baru pertama kali ada investasi yang masuk hampir US$ 20 miliar sepanjang sejarah republik. Dan itu semua on going," tegas Luhut.
Kemudian, ia juga mengatakan kerja sama dengan China di bidang investasi terus meninkat. Luhut bilang China mematuhi lima kriteria yang diberikan untuk masuk ke Indonesia.
"Satu, dia harus bawa teknologi. Dua, dia harus teknologi transfer. Tiga, dia harus added value, keempat dia harus melakukan b to b dari tiap itu, kelima dia harus menggunakan tenaga kerja kita sebanyak mungkin," kata dia.
Sementara itu, dalam konteks tenaga kerja, ia mengaku Indonesia tidak mempunyai engineer yang cukup dalam teknologi.
Sehingga, sambungnya, Indonesia perlu membangun sumber daya manusia untuk menyongsong masuknya investasi. "Kita siapkan buat politeknik sehingga sekarang ada tiga politeknik di Indonesia timur," kata Luhut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil