PTPN XI menyatakan musim giling untuk tahun 2020 dan 2021 kualitas produksi gula maupun bahan baku dipastikan aman.
Menurut Direktur PTPN XI, Dwi Satriyo Annurogo bahan baku yang berasal dari HGU lebih terjamin kualitasnya, yakni masak (maturity) dan layak dikonsumsi.
"Setelah melihat langsung HGU Jolondoro dan HGU SPADA yang dikelola PG Semboro serta HGU di PG Djatiroto, kami yakin bahwa kualitas dan produktivitas lahan masih prima baik untuk giling saat ini maupun persiapan tahun giling 2020 dan 2021 nanti," terang Dwi usai berkunjung di pabrik gula Semboro dan Djatiroto Kamis (9/7/2020) dan Jumat (10/7/2020) kemarin.
Baca Juga: Skor Membaik, PTPN XI Sah Ambil Alih Saham RS BUMN
Baca Juga: Menuju New Normal, PTPN XII Terapkan 5 Skenario...
Sementara untuk unsur hara (sumber nutrisi untuka tanaman) Dwi menjalaskan, unsur hara menjadi perhatian khusus pihaknya terutama dilahan Semboro dan Djatiroto dengan menggunakan metode mekanisasi dalam pengolahan lahannya.
"Hara dalam tanah harus kita jaga melalui pemupukan yang terkontrol serta pengelolaan kebun harus sesuai dengan dengan kebutuhan tanaman tebu sehingga protasnya baik. Tentunya ada peran Puslit dalam pemberian rekomendasi pemupukan sesuai analisa tanah dan rekom varietas sesuai peta kesesuaian varietas. Implementasinya di lapangan dikawal QA (Quality Asurance) on farm.
Beberapa kebun untuk tahun giling 19/20 yang sudah ditebang tempo hari dilaporkan protas mencapai 200 ton per hektar, hal ini akan ditularkan ke kebun lainnya " jelas Dwi pada Warta Ekonomi di Surabaya, Sabtu (11/72020).
Baca Juga: Terkumpul Miliaran Rupiah, THR Direksi & Komisaris PTPN Akan Digunakan untuk...
Pihaknya lanjutnya, menggunakan traktor yang dimodifikasi dengan Subsoiler Fertilizer Aplication (SUFA) serta drone yang dikendalikan dari darat untuk melakukan pemupukan di hamparan lahan HGU.
"Mekanisasi pengolahan kami menggunakan SUFA untuk memupuk karena memiliki kelebihan diantaranya pemupukan homogen seluruh lahan dengan dosis tepat, sasaran tanaman tepat, kecepatan atau kapasitas pemupukan cepat, dan yg paling penting pupuk terbenam ke tanah sehingga mengurangi lossis karena evaporasi dan run off. Sedangkan drone digunakan untuk untuk aplikasi pupuk daun, herbisida atau zat pemacu kemasakan. Lebih efektif dan efisien dalam aplikasinya terutama di lahan hamparan " urai Dwi.
Sedangkan metode pembibitan yang sendiri Dwi menyebutkan, digunakan di kedua PG tersebut mayoritas menggunakan sistem Singgle Bud Planting (SBP) yaitu pengelolaan benih dengan menanam benih satu mata atau sering disebut sebagai new Rayungan.
"Beberapa keunggulan SBP yaitu potensi produksi per hektar realitif besar karena jumlah anakan lebih banyak bila dibanding dengan bagal konvensional, potensi rendemen tinggi karena homogenitas tinggi, lahan yang dibutuhkan untuk pembenihan juga lebih efisien serta kepastian tumbuh lebih tinggi. Disetiap pabrik gula kita siapkan pembenihan SBP," terangnya.
"BBT yang berasal dari HGU berasal dalam kontrol penuh kita, penataan varietas hingga pengelolaan tebang muat angkut tergantung kita, sehingga hasilnya pun seharusnya terjaga. Kualitas tebangan yang memenuhi unsur MBS yakni manis bersih dan segar sudah menjadi brand kita. Ayo jadikan HGU sebagai etalase PTPN XI, sehingga bukan hanya menjadi teladan bagi petani dalam pengelolaan lahan tetapi juga bisa mendukung pencapaian produksi," sambungnya.
Dwi menekankan pada penanganan pasca tebang, yakni kegiatan muat dan angkut hingga proses giling tidak memerlukan waktu panjang sehingga tidak merusak potensi rendemen tebu tersebut.
Sementara itu General Manajer PG Djatiroto Kristanto menambahka, saat ini sudah ada empat kebun yang sudah ditebang dengan protas 200 ton per hektarnya, diantaranya afdeling Dawuhan dan Genitri Lor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil