Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Trump Klaim Lebih Banyak Orang Kulit Putih Terbunuh oleh Polisi

        Trump Klaim Lebih Banyak Orang Kulit Putih Terbunuh oleh Polisi Kredit Foto: Reuters/Leah Millis
        Warta Ekonomi, Washington -

        Presiden Donald Trump pada Selasa meremehkan kekerasan polisi terhadap orang kulit hitam Ia mengatakan bahwa lebih banyak orang kulit putih dibunuh oleh petugas polisi.

        Selama wawancara dengan CBS News, Trump ditanya mengapa orang kulit hitam masih mengalami kekerasan di tangan penegak hukum.

        Baca Juga: Alamaak! Trump Bikin China Panas, Rupiah Tekor ke Atas Rp14.500!

        "Dan begitu juga orang kulit putih. Pertanyaan yang mengerikan untuk ditanyakan. Begitu juga orang kulit putih. Omong-omong, lebih banyak orang kulit putih. Lebih banyak orang kulit putih," jawab Trump.

        Kekerasan polisi terhadap orang-orang Afro Amerika telah menjadi pusat perhatian di Amerika Serikat usai kematian George Floyd pada 25 Mei lalu. Saat itu seorang petugas kepolisian Minneapolis menggencet leher Floyd selama hampir sembilan menit. Kematian Floyd memicu protes di seluruh Amerika Serikat dan dunia.

        Menurut analisis Washington Post yang diperbarui pada hari Senin, setengah dari orang yang ditembak dan dibunuh oleh polisi AS adalah orang berkulit putih. Namun orang kulit hitam Amerika ditembak pada tingkat yang tidak proporsional.

        Jumlah mereka yang kurang dari 13 persen dari populasi AS, tetapi dibunuh oleh polisi lebih dari dua kali lipat jumlah orang kulit putih Amerika.

        Keresahan sosial baru-baru ini juga menimbulkan pertanyaan soal pengibaran bendera pertempuran Konfederasi di beberapa daerah di negara itu. Apakah patung menghormati pemimpin Konfederasi selama Perang Sipil AS harus dihapus dari tempat-tempat umum.

        Ditanya oleh CBS apakah bendera itu harus "diturunkan," Trump menjawab: "Saya tahu orang-orang yang menyukai bendera Konfederasi dan mereka tidak berpikir tentang perbudakan."

        Dia menambahkan: "Ini kebebasan berbicara," apakah masalahnya adalah bendera Konfederasi "atau Black Lives Matter atau apa pun yang ingin Anda bicarakan."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: