Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Semoga Gak Terjadi, Pakar Cemas dengan Peternakan China karena...

        Semoga Gak Terjadi, Pakar Cemas dengan Peternakan China karena... Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, London -

        Seorang ilmuwan terkemuka memperingatkan peternakan di China menciptakan lingkungan yang sempurna untuk 'mutasi dan amplifikasi virus baru'. Bukan hanya itu saja, dia juga mengungkapkan jika kondisi peternakan tak kunjung membaik maka 'pandemi ini tidak akan menjadi yang terakhir'.

        Kepala penelitian Global dan Kesejahteraan Hewan untuk Binatang di Pertanian, Kate Blaszak menggambarkan pertumbuhan unit peternakan intesif tak hanya di China tetapi di seluruh dunia.

        Baca Juga: Corona Menyebar, China Naikan Status Perang ke Ibu Kota Xinjiang

        Menunjuk pada peternakan sebagai tempat yang berpotensi bukan hanya untuk meningkatkan resistensi antibiotik tetapi juga membuat patogen yang lebih mematikan daripada Covid-19.

        "Tiongkok sedang menginkubasi dua jenis baru flu burung. Ia juga sedang menghadapi wabah flu babi, yang merupakan campuran dari virus manusia, babi, dan flu burung," ujar Blaszak dikutip dari laman Express.

        Dia mengungkapkan jika berbagai virus itu bercampur sehingga menghasilkan satu patogen yang sangat kuat.

        "Virus flu babi saat ini yang telah merebak di China berpotensi mengikat dengan sangat baik di tenggorokan manusia dan sistem pernapasan," ungkapnya.

        Ilmuwan veteriner itu mengatakan dalam 10 hingga 15 tahun terakhir China telah melihat pergeseran besar dan cepat dari praktik peternakan tradisional dan sekarang meniru model intensitas tinggi di Amerika Serikat dimana hewan disimpan dilingkungan yang gelap dan terbatas.

        Blaszak menggambarkan jika sistem peternakan baru di Chinasebagai sistem yang kurang baik dan beroperasi dalam prinsip kesejahteraan hewan yang sangat buruk.

        Ratusan juta hewan yang berada dalam sistem peternakan baru itu berada di bawah tekanan yang begitu banyak seingga menurunkan sistem kekebalan tubuh mereka serta dibutuhkan pakan antibiotik terus menerus untuk tetap sehat dan hidup.

        "Lingkungan yang sejahtera seperti ini menurunkan kekebalan hewan dan memungkinkan penyebaran virus," ujar Blaszak.

        "Mereka menciptakan skenario sempurna untuk pencampuran virus dan mutasi dan amplifikasi virus," tuturnya.

        Dia juga menambahkan jika limbah dari peternakan, pergerakan sejumlah besar hewan dan pengolahan hewan juga berisiko bagi manusia.

        Ilmuwan memperingatkan risiko tinggi dari infeksi hewan ke manusia dari penjualan binatang hidup di pasar tradisional.

        Kekhawatiran akan penyebaran virus dari China disebabkan oleh fakta dimana negara itu bergerak menuju model produksi daging intensif di AS, sedangkan sebagian hewan dipelihara di peternakan.

        China juga merupakan produsen babi terbesar di dunia. Negara itu juga merupakan prosuden ayam terbesar kedua di dunia.

        Blaszak menjelaskan bagaimana jumlah hewan dengan kepadatan yang tingi serta kesamaan secara genetik adalah kondisi yang sempurna untu memproduksi virus lain yang berpotensi melompat ke manusia.

        Hewan-hewan yang secara genetik seragam dan berdesakan berdampingan perlu inokulasi tahunan untuk melindungi mereka terhadap kerusakan akibat virus yang bermutasi dengan cepat.

        Dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk mengembangkan vaksin untuk virus baru yang sedang dibentuk, dan ketika vaksin keluar tidak lama sebelum itu harus diubah karena mutasi yang cepat dari virus influenza ini.

        Selain itu, karena 75 persen antibiotik digunakan dalam pemeliharaan hewan ternak ada risiko tambahan untuk menciptakan bakteri yang sangat resisten.

        Banyak dari antibiotik ini digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan daripada menyembuhkan penyakit.

        "Tanpa sejumlah besar anti-biotik, banyak hewan yang tidak sehat dan mati dan sistem pertanian intensif ini tidak akan berfungsi. Jadi, antibiotik hanya menopang sistem untuk pandemi berikutnya," kata Kate Blaszak.

        "Agar adil Tiongkok melarang penggunaan antibiotik dalam makanan hewani dan air pada akhir tahun 2020," tambahnya.

        Sejak tahun 2018 flu babi Afrika, yang berasal dari peternakan di Meksiko, telah memusnahkan sebagian besar peternak babi di Tiongkok. Ini kemudian mempercepat intensitas praktik pertanian di Tiongkok.

        Blaszak menyatakan perlunya meningkatkan standar kesejahteraan hewan dan menjauh dari sistem peternakan.

        "Sehingga kita dapat mengurangi tekanan produksi daging dengan mengurangi konsumsi daging," katanya.

        "Kita perlu melakukan ini jika pandemi ini tidak akan menjadi yang terakhir," tambahnya.

        Sejak tahun 2016 lalu, China telah membuat beberapa kebijakan signifikan dalam menjauhkan diri dari konsumsi daging dan meningkatkan ketahanan pangan di negara itu.

        Blaszak mengatakan jika seluruh dunia harus memikirkan kembali konsumsi daging mereka.

        "Dunia harus menjauh dari sistem pertanian intensif dan meningkatkan standar kesejahteraan hewan.Seharusnya ada pengurangan konsumsi daging," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: