Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Realisasi Belanja Modal Jabar Rendah, Legislator Bereaksi!

        Realisasi Belanja Modal Jabar Rendah, Legislator Bereaksi! Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPRD Jawa Barat menyampaikan pandangan umum atas Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2019 pada Rapat Paripurna DPRD Jawa Barat.

        Anggota F-PKS DPRD Jabar, Iwan Suryawan menyebutkan pandangan umum terbagi dalam 2 poin catatan penting.

        Catatan pertama mengenai dipertahankannya predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Ia menuturkan, F-PKS memberikan apresiasi atas capaian tersebut yang menunjukkan bahwa secara umum pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

        Baca Juga: Duh! Masih Ada Pungutan Liar Bantuan Sekolah di Jabar

        "F-PKS memberikan apresiasi yang tinggi. Ini melanjutkan WTP yang telah diperoleh Gubernur Jawa Barat sebelumnya sehingga bertambah 9 kali berturut-turut. Tentu capaian yang sangat baik, apalagi 27 Kota/Kabupaten Se-Jawa Barat juga memperoleh predikat WTP bersama. Ini membanggakan bagi Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan sekaligus harus jadi pelecut bagi pemerintahan daerah untuk lebih baik," katanya kepada wartawan di Bandung, Selasa (21/7/2020).

        F-PKS juga menyoroti bahwa masih terdapatnya catatan dari BPK yang menemukan sembilan kelemahan pengendalian intern dan delapan permasalahan terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Misalnya, terdapat pengelolaan pendapatan dan piutang retribusi yang belum optimal. 

        Termasuk pengelolaan penerimaan jasa giro atas rekening bendahara Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang belum memadai, penganggaran belanja barang dan belanja modal yang belum sesuai ketentuan, pengelolaan rekening bendahara OPD yang masih belum memadai, kerjasama sewa menyewa aset tanah dan bangunan yang belum dilaksanakan sesuai ketentuan, penatausahaan dan pertanggungjawaban dana BOS yang belum sesuai ketentuan, kelebihan pembayaran atas pekerjaan fisik dan denda keterlambatan kepada pihak ketiga yang berpotensi merugikan keuangan daerah.

        "Walau BPK menyatakan sembilan kelemahan pengendalian intern dan delapan permasalahan ketidakpatuhan tidak mempengaruhi kewajaran Laporan Keuangan Tahun 2019. Namun menurut kami, ini adalah catatan minor yang seharusnya sudah diperbaiki, mengingat beberapa diantaranya telah ada direkomendasikan pada tahun 2018. Untuk itu Gubernur harus lebih serius memperbaiki catatan BPK tersebut agar tak terulang kembali," jelasnya.

        Selanjutnya, catatan kedua F-PKS yakni mengenai laporan realisasi anggaran, dimana terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) yang masih tinggi sebesar Rp. 3,26 triliun atau sekotar 9,13% dari yang dianggarkan. Tingginya SILPA membuat banyak program dan kegiatan yang dilakukan tidak optimal, sehingga fungsi utama pemerintah memberikan pelayanan publik dapat terganggu. 

        "Angka SILPA diatas Rp3 triliun ini mengulangi tahun 2018. Entah disengaja atau tidak, ini tidak baik, karena sejatinya Pemerintah Daerah tidak seperti perusahaan yang mencari laba, melainkan fokus pada pemenuhan kesejahteraan rakyat, sehingga seharusnya diminimalisir angka SILPA tersebut." tegasnya.

        Selain itu, menurut Iwan, F-PKS juga menyoroti rendahnya realisasi belanja modal yang hanya Rp. 2,53 triliun dari Rp. 3,26 triliun yang dianggarkan. Juga realisasi belanja transfer ke kabupaten/kota yang masih rendah sebesar Rp. 13,39 triliun dari anggaran Rp. 14,38 triliun.

        "Rendahnya realisasi belanja modal maupun transfer ke kabupaten/kota membuat pembangunan di daerah khususnya pembangunan maupun infrastruktur publik yang penting menjadi terganggu seperti jalan dan jembatan," ujarnya.

        Iwan menambahkan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2019 masih belum menunjukkan sisi keterkaitan dengan capaian visi-misi Gubernur yang ingin menjadikan Jawa Barat Juara Lahir dan Batin. Laporan pertanggungjawaban masih mengandung program kegiatan yang bersifat rutinisme yang terus berulang dan tidak memiliki dampak signifikan bagi capaian kemajuan Jawa Barat.

        "Gubernur seharusnya mampu menyajikan data keterhubungan antara pelaksanaan APBD 2019 dengan janji visi-misi yang telah diucapkan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: