Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, Negara Tekor Rp88,42 Triliun!

        Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, Negara Tekor Rp88,42 Triliun! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan realisasi pendapatan negara dan hibah sampai dengan semester I atau hingga Juni 2020 mengalami tekanan cukup dalam, yaitu mencapai Rp811,18 triliun atau 47,72 persen dari target pada APBN-Perpres 72/2020.

        Bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp899,6 triliun, pendapatan negara semester I 2020 tumbuh negatif 9,83 persen (yoy).

        Adapun secara rinci, realisasi pendapatan negara dari pos penerimaan perpajakan mencapai Rp624,93 triliun (minus 9,4%); penerimaan pajak tumbuh minus 12% menjadi Rp531,7 triliun dan penerimaan bea cukai tumbuh 8,8% menjadi 93,2 triliun.

        Sementara pos penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp184,52 triliun (minus 11,8%), dan realisasi dari hibah mencapai Rp1,74 triliun atau tumbuh 231,4%.

        Baca Juga: Ditagih-tagih Erick Dulu, Sri Mulyani Baru Bayar Utang Rp113,48 T

        "Jadi kalau dilihat secara keseluruhan pos-pos penerimaan kita kecuali hibah dan bea cukai terjadi konstaksi yang cukup dalam. Dan ini perlu kita waspadai karena memang dalam Perpres 7/2020 sudah memperkirakan pendapatan negara kita akan 10 persen lebih rendah dibandingkan tahun lalu," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa secara streaming di Jakarta, kemarin (20/7/2020).

        Dia membeberkan, negatifnya penerimaan pajak karena mayoritas komponen penerimaan pajak mengalami tekanan pertumbuhan selama periode Januari-Juni 2020 seiring dengan aktivitas ekonomi yang masih melambat akibat Covid-19 dan pemanfaatan insentif fiskal dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

        "Meskipun sebagian besar sektor tertekan di periode Januariā€“Juni 2020, kinerja penerimaan pajak dan sektoral seperti pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan real estat, serta jasa keuangan dan asuransi pada Juni mulai membaik dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan positif," ungkapnya.

        Lebih lanjut, komponen penerimaan perpajakan dari kepabeanan dan cukai selama periode semester I 2020 mencapai 45,32 persen terhadap APBN-Perpres 72/2020, atau tumbuh 8,84 persen (yoy).

        Penerimaan kepabeanan dan cukai didukung oleh penerimaan cukai, terutama cukai hasil tembakau (CHT) yang tumbuh 14,2 persen (yoy). Sementara penerimaan bea masuk (BM) dan bea keluar (BK) masih tertekan masing-masing sebesar negatif 4,62 persen dan negatif 18,19 persen, terdampak oleh pelemahan perdagangan internasional dan aktivitas ekonomi nasional.

        Sejalan dengan kinerja penerimaan pajak, kinerja penerimaan BM dan BK seluruh sektor pada Juni mulai membaik dibandingkan bulan sebelumnya. Penerimaan BM dan BK tumbuh masing-masing 15,92 persen dan 105,3 persen (yoy), salah satunya didukung peningkatan aktivititas ekspor dan impor.

        Laporan BPS periode Januari-Juni 2020 juga mengonfirmasi tanda-tanda perbaikan, yakni ekspor Indonesia di Juni mencapai US$12,03 miliar atau tumbuh positif 15,09 persen (mom) dan 2,28 persen (yoy), dan nilai impor Indonesia sebesar US$10,76 miliar, naik 27,56 persen (mom) tapi turun 6,36 persen (yoy).

        "Kemudian di sisi PNBP, realisasinya sampai dengan semester I 2020 mencapai Rp184,5 triliun atau 62,7 persen dari target dalam APBN-Perpres 72/2020, turun 11,8 persen (yoy). Sementara itu, realisasi PNBP lainnya dan pendapatan badan layanan umum (BLU) di periode yang sama mencatat pertumbuhan positif masing-masing sebesar 9,9 persen dan 43,8 persen (yoy)," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: