Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        SDGs 2030: IBCSD Yakin UMKM Jadi Kunci Bangkitan Ekonomi

        SDGs 2030: IBCSD Yakin UMKM Jadi Kunci Bangkitan Ekonomi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat menjadi garda terdepan dalam pencapaian pilar ekonomi agenda pembangunan dunia pada 2030 nanti.

        UMKM memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan kerja, penciptaan kondisi kerja yang layak, inovasi bisnis, adaptasi dan mitigasi dampak negatif ekonomi, sosial dan lingkungan pada operasi bisnis untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

        Baca Juga: Sandiaga Uno: Pemerintah, Cepat Selamatkan UMKM!

        Ketua Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Sihol Aritonang, mengatakan bahwa UMKM dapat berkontribusi terhadap semua goals di dalam SDGs. Sebagai contoh, UMKM dapat menciptakan lapangan kerja yang berarti mendukung pencapaian tujuan nomor satu, yaitu angka kemiskinan, dan tujuan kedelapan mengenai pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

        "Bisnis UMKM yang memperhatikan produk dan proses yang ramah lingkungan juga mendukung pencapaian SDGs nomor 12, 13, 14, dan 15. Jadi, kalau kita menempatkan UMKM dalam konteks pencapaian SDGs dapat menjadi strategi yang tepat," kata Sihol saat membuka webinar IBCSD yang berjudul "SMEs and Ways to Economic Recovery" pada Kamis (30/7/2020).

        Sebagaimana diketahui, UMKM merupakan ujung tombak perekonomian nasional. Kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60% di masa prapandemi. Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus bertumbuh mencapai 96,99%-97,22% dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta atau sekitar 98% dari pelaku usaha nasional.

        Sayangnya, di era pandemi Covid-19, UMKM menjadi sektor yang paling terpukul. Berdasarkan survei terhadap 202 pelaku usaha roti, biskuit, cake, jajanan pasar, mie, pancake, dan pastry di Surabaya dan Jakarta, disebutkan bahwa sekitar 94% pelaku UMKM terdampak negatif oleh pandemi Covid-19.

        "Di era new normal ini, pandemi Covid-19 memutarbalikkan angka kemiskinan dari pencapaian sembilan tahun terakhir dan meningkatkan angka pengangguran," katanya. Untuk itu, Sihol mendukung langkah pemerintah Indonesia yang sejak awal pandemi telah menempatkan UMKM sebagai prioritas utama penerima manfaat dalam pemulihan ekonomi nasional.

        Meski demikian, ia menyadari pemerintah Indonesia tidak bisa dibiarkan bekerja sendiri membantu UMKM. Aksi kolektif berbagai sektor sangat dibutuhkan untuk mendukung kebangkitan UMKM. Dalam hal ini, sektor bisnis dapat menjadi motor untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sektor bisnis mempunyai kemampuan untuk mencari solusi melalui teknologi, inovasi, dan investasi. Sektor bisnis juga dapat berperan untuk mengatasi dampak negatif pada lingkungan dan sosial melalui rantai nilai dan rantai pasok operasi bisnis mereka. Hingga kini, sektor bisnis juga telah mengambil bagian untuk mengembangkan UMKM demi pencapaian SDGs.

        "Sebagai contoh, salah satu anggota kami Grup APRIL memberdayakan komunitas lokal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelatihan keterampilan pertanian berkelanjutan dan modern kepada petani-petani desa dalam program One Village One Commodity (OVOC)," ujarnya.

        Grup APRIL bekerja sama dengan komunitas desa untuk memilih produk yang sesuai untuk menjadi spesialisasi wilayahnya, kemudian memberikan pelatihan tentang metode pertanian modern.

        Selain Grup APRIL, PT HM Sampoerna Tbk telah membangun pusat pelatihan kewirausahaan seluas 27 hektare bernama Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang berlokasi di Pandaan, Jawa Timur. SETC terbuka bagi masyarakat umum serta pelaku-pelaku UMKM dan menyediakan dukungan berupa pelatihan tanpa dipungut biaya, akses ke pasar, serta pemanfaatan teknologi.

        Sejak didirikan pada tahun 2007, SETC telah melatih lebih dari 65.000 orang dan dikunjungi lebih dari 110.000 orang. Kemudian, PT L’Oreal Indonesia juga membantu salon-salon binaan untuk kembali berbisnis di tengah normal baru ini.

        Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) ini mengungkapkan bahwa IBCSD sebagai asosiasi perusahaan berkomitmen untuk mendukung pembangunan berkelanjutan terus ikut mendukung pencapaian SDGs. Saat ini, lanjut Sihol, ICBSD beranggotakan 40 perusahaan dari berbagai sektor.

        "Kami menyuarakan pentingnya pembangunan berkelanjutan di sektor bisnis, mendorong integrasi SDGs ke dalam operasi perusahaan, serta aksi kolektif sektor bisnis dalam mendukung pencapaian SDGs di Indonesia," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: