Ledakan dahsyat Beirut menghancurkan satu-satunya gudang penyimpanan besar (silo) biji-bijian Lebanon. Padahal, direktur pelabuhan dan seorang ahli biji-bijian mengatakan kepada Reuters, biji-bijian di gudang penyimpanan pelabuhan Tripoli itu merupakan cadangan pasokan terbesar kedua yang diberikan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) saat masa krisis.
Hancurnya silo berkapasitas 120.000 ton dan pelabuhan --sebagai titik masuk utama impor pangan-- menyebabkan rakyat Lebanon harus bergantung pada penyimpanan pribadi mereka yang secara ukuran jauh lebih kecil. Hal itu secara langsung memperburuk ketakutan akan kekurangan pangan.
Baca Juga: Diduga Dalang, Pedemo Unjuk Rasa di Depan Parlemen Lebanon
Lebanon, sebuah negara berpenduduk sekitar 6 juta orang, mengimpor hampir semua gandumnya.
"Ada tempat penyimpanan yang lebih kecil di dalam pabrik sektor swasta karena mereka harus menyimpan gandum sebelum digiling menjadi tepung," Maurice Saade, perwakilan FAO di Lebanon, mengatakan kepada Reuters, Jumat (7/8/2020).
“Dalam hal silo biji-bijian, hanya itu yang utama.”
Ledakan di pelabuhan menyebabkan puluhan orang masih hilang, menewaskan sedikitnya 154 orang, melukai 5.000 warga dan menyebabkan 250.000 penduduk kehilangan tempat tinggal. Lebanon menjadi negara yang telah terhuyung-huyung dari krisis ekonomi dan lonjakan kasus virus corona.
Menteri Ekonomi Raoul Nehme mengatakan Lebanon memiliki sumber daya yang "sangat terbatas" untuk menangani bencana tersebut. Menurut beberapa perkiraan, tragedi itu mungkin merugikan negara hingga 15 miliar dolar AS.
Kurangnya silo biji-bijian di Tripoli menggambarkan dampak langsung terhadap ketahanan pangan.
Hal itu mencerminkan cacatnya negara karena telah menggunakan rencana darurat ketimbang menyusun solusi jangka panjang. Contoh nyatanya seperti cacatnya pengelolaan sektor listrik, pengumpulan sampah yang berantakan, dan perbaikan tak ada hentinya, sejak akhir perang saudara 1975-1990.
“Tentu saja ini berisiko,” kata Hesham Hassanein, konsultan biji-bijian regional yang berbasis di Kairo, kepada Reuters.
Mau tidak mau, pabrik penggilingan yang hanya tersisa delapan unit, harus menyusun rencana membagikan logistik dengan cepat agar rantai pasokan berjalan lancar. Terutama pada mereka yang menjadi korban akibat ledakan. Artinya, pabrik-pabrik itu wajib mengantar gandum --bahkan bahan-bahan lain-- ke gudang terdekat saat sebagian besar lalu lintas padat menuju Beirut, yang juga akan dialihkan ke Tripoli.
Pemerintah Lebanon juga tidak menyimpan cadangan strategis biji-bijian.
“Apa yang terjadi adalah pabrik swasta menyimpan apa yang tidak mereka miliki cukup ruang untuk penyimpanan mereka sendiri di silo Beirut itu dan mengambil dari sana saat diperlukan,” jelas Hassanein.
"Ini adalah inventaris di negara ini, bukan cadangan strategis pemerintah dalam pengertian itu dan biasanya cukup untuk konsumsi dua setengah hingga tiga bulan," lanjutnya.
Nehme mengatakan silo hanya menyimpan 15.000 ton bahan pangan ketika ledakan melanda. Padahal Lebanon membutuhkan pasokan tersebut minimal tiga bulan untuk tujuan keamanan pangan.
Dengan tingkat konsumsi masyarakat sekitar 35.000 hingga 40.000 ton sebulan, itu berarti dibutuhkan lebih dari 100.000 ton biji-bijian.
Lebanon mengimpor 90 hingga 95 persen gandumnya, sebagian besar dari kawasan Laut Hitam. Sebagian besar produksi gandum lokalnya adalah durum, sejenis gandum yang lebih cocok untuk pasta.
Pada Kamis (6/8/2020), Nehme mengatakan kepada Reuters bahwa kementeriannya telah berencana untuk membuat cadangan strategis sekitar 40.000 ton tetapi belum berhasil melakukannya.
“Saya melihat kami tidak memiliki saham strategis, memutuskan untuk membeli satu dan mendapat persetujuan dari dewan menteri,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka telah dalam tahap akhir negosiasi.
"Untung kami tidak melakukannya, itu akan hancur juga."
Pada Kamis (6/8/2020) dini hari, operasi penyelamatan berpusat di sekitar silo biji-bijian, gudang yang menjulang di atas kaki langit ibu kota.
Tim penyelamat masih menggali di bawah tumpukan logam bengkok dan puing-puing silo untuk mencari korban yang selamat. Berton-ton biji gandum, gandum, dan jagung tumpah.
Bahkan sebelum ledakan, banyak warga Lebanon menjadi miskin karena kejatuhan mata uang dan harga yang melonjak, meningkatkan kekhawatiran akan kelaparan yang meluas.
"WFP prihatin bahwa ledakan dan kerusakan pelabuhan akan memperburuk situasi keamanan pangan yang sudah suram - yang telah memburuk karena krisis keuangan yang mendalam di negara itu dan pandemi COVID-19," kata seorang juru bicara pada Kamis (6/8/2020) dalam catatan yang disiapkan untuk Pengarahan PBB di Jenewa, menambahkan bahwa itu akan menyediakan paket makanan untuk ribuan keluarga.
Tanpa pendanaan, tanpa silo kedua
Direktur pelabuhan Ahmed Tamer mengatakan kepada Reuters, kerusakan di pelabuhan Beirut masih dikaji. Lalu lintas kapal kini dialihkan ke Tripoli, yang telah menerima sekitar 2 juta ton barang setahun. Total kapasitasnya adalah 5 juta ton.
“Untuk gabah, kami bisa terima kapasitas maksimalnya sekitar 200-250.000 ton. Harus ada rencana logistik ... manajemen rantai pasokan yang sukses,” kata Tamer, dilansir Reuters, Jumat (7/8/2020).
Biji-biji gandum yang diterima di pelabuhan itu harus diangkut sejauh sekitar 2 km, untuk disimpan di pabrik terdekat.
Pengaturan logistik di negara itu sebenarnya bisa lebih sederhana, jika rencana pembangunan silo di pelabuhan terbesar kedua di Lebanon terwujud beberapa tahun sebelumnya.
Tamer mengatakan, rencana pembangunan silo biji-bijian dengan kapasitas 150.000 ton di Tripoli sempat ditangguhkan karena kurangnya dana. Padahal rencana tersebut merupakan bagian dari proyek ekspansi yang lebih luas yang sedang berlangsung untuk seluruh pelabuhan.
Rencana tiga tahun lalu termasuk area logistik lengkap yang melayani silo.
"Kami melakukan semua peta yang diperlukan dan menyiapkan semua studi ... tidak ada cukup dana," kata Tamer, seraya menambahkan kementerian transportasi sekarang mengunjungi kembali proyek tersebut.
"Jika kita bisa melakukan ini sebagai proyek jalur cepat, itu bisa dibangun secepat mungkin dan memberikan keamanan pangan strategis Lebanon."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: