Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan pihaknya memfasilitasi kuota internet siswa dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) Dedi Supandi mengatakan pihaknya sudah melakukan kebijakan tersebut yang dananya berasal dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Baca Juga: Nadiem Makarim Janjikan Kuota Internet Murah ke Mahasiswa
Baca Juga: DPR Desak Nadiem Batalkan Program Organisasi Penggerak
"Sudah jauh-jauh hari kita melakukan hal itu agar memudahkan para siswa selama proses PJJ," katanya kepada wartawan di Bandung, Jumat (7/8/2020).
Dedi menjelaskan teknis pengambilan kuota internet bagi siswa ini bukan berarti sekolah memberikannya langsung kepada mereka (siswa). Melainkan akan berkerja sama dengan provider yang ditunjuk oleh pihak sekolah.
"Jadi kuota ini tidak dibawa pulang oleh siswa melainkan dipinjam dari sekolah," ujarnya.
Selanjutnya, sekolah tersebut memberikan kuota internet yang akan didistribusikan ke para siswa dengan durasi yang ditentukan agar pemakaiannya lebih bermanfaat. Jika siswa yang mendapatkan jatah kuota internet tidak memiliki HP maka bisa digunakan secara berkelompok.
"Kuota internet ini diprioritaskan yang kurang mampu," tegasnya.
Sementara itu, di wilayah Jawa Barat proses kegiatan belajar mengajar akan berlangsung tatap muka dengan mempertimbangkan beberapa faktor.
Dedi menyebutkan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten/Kota sudah melakukan ferivikasi terhadap sekolah yang sudah siap melaksanakan kegiatan belajar secara tatap muka.
"Perkiraan saya paling banyak 20 persen sekolah melakukan tatap muka. Insyaallah 18 Agustus ada keputusan sekolah mana saja yang bisa tatap muka langsung berdasarkan hasil ferivikasi," ungkapnya.
Adapun kendala ferivikasi yakni kesiapan infrastruktur. Sebab, tidak bisa disiapkan mendadak. Misalnya pengadaaan alat cuci tangan dengan persyaratan menggunakan air mengalir tapi faktanya setelah melihat fasilitas yang ada di sekolah ternyata yang ada hanya tempat wudhu.
"Terkadang hal seperti itu yang salah hasil ferivikasinya," ujarnya.
Sedangkan untuk masker tembus pandang bagi siswa, lanjut Dedi, bisa disiapkan oleh pihak sekolah yang dananya dari dana BOS.
Dia juga tidak menampik jika sekolah berada di wilayah zona hijau tapi lokasinya masih bisa dilakukan secara daring maka demi alasan kesehatan siswa lebih baik belajar secara online. Meskipun, tidak bisa dilakukan semuanya secara online karena siswa SMK harus mengikuti praktek.
"Sampai hari ini masih ada kendala koneksi internet, maka kita fokus di situ dan beberapa kegiatan yang harus dilakukan dengan praktek terutama di SMK," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil