Ribuan Ton Bahan Kimia dalam Ledakan Beirut Dipesan Perusahaan...
Ribuan ton amonium nitrat yang menyebabkan ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon dan menghancurkan sebagian kota itu, dipesan oleh sebuah perusahaan pembuat bahan peledak di Mozambik, demikian dilaporkan CNN.
Juru bicara Fábrica de Explosivos Moçambique (FEM), perusahaan manufaktur bahan peledak Mozambik, yang berbicara secara anonim, mengonfirmasi pemesanan bahan peledak yang tidak pernah sampai ke Mozambik itu.
Baca Juga: Ternyata Pemimpin Lebanon Diperingatkan Ada Amonium Nitrat Tapi..
"Kami dapat memastikan bahwa ya, kami memang memesannya," kata juru bicara itu kepada CNN.
Dia membenarkan bahwa pengiriman tersebut memulai perjalanannya dari Georgia pada 2013 dan berakhir di sebuah gudang di Beirut yang telah menampungnya selama lebih dari enam tahun.
Amonium nitrat seberat 2.750 ton itu meledak pada Selasa (4/8/2020) menghancurkan Pelabuhan Beirut dan sebagian daerah di Ibu Kota Lebanon itu.
Beberapa bulan setelah dikirim, juru bicara berkata, “kami baru saja diberitahu oleh perusahaan dagang itu: ada masalah dengan kapal, (yang membawa material), pesanan Anda tidak akan terkirim. Jadi, kami tidak pernah membayarnya, kami tidak pernah menerimanya."
Juru bicara mengatakan bahwa rekan-rekan di perusahaan sangat "terkejut" mengetahui berapa lama bahan kimia telah disimpan di pelabuhan karena "itu bukan bahan yang ingin Anda simpan tanpa menggunakannya."
"Itu adalah bahan yang berbahaya," tambahnya.
Lebih dari 200 orang tewas, 6.000 terluka dan sekitar 300.000 kehilangan tempat tinggal setelah ledakan besar di pelabuhan Beirut mengoyak ibu kota pekan lalu. Ledakan itu menghancurkan beberapa bagian kota dan meningkatkan tekanan ekonomi dan politik yang telah melanda Lebanon selama berbulan-bulan.
Ledakan dahsyat itu telah memicu unjuk rasa anti pemerintah di Lebanon. Pengunjuk rasa, yang menuding korupsi dan kelalaian pemerintah sebagai penyebab ledakan, turun ke jalan dan bentrok dengan polisi selama tiga hari berturut-turut.
Protes berlanjut pada Senin malam (10/8/2020) ketika Perdana Menteri (PM) Hassan Diab mengumumkan pengunduran dirinya dan seluruh pemerintah Lebanon terkait dengan ledakan tersebut.
Sebelumnya Diab telah menyerukan pemilihan parlemen lebih awal dan beberapa menteri sudah mengajukan pengunduran diri mereka. Namun, karena protes semakin meningkat selama akhir pekan, menjadi jelas bahwa pemerintah perlu segera mengambil tindakan untuk meredam kemarahan publik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: