Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kamrussamad: Target Ekonomi 2021 Mulai Tampak Tidak Realistis

        Kamrussamad: Target Ekonomi 2021 Mulai Tampak Tidak Realistis Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Target pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi dikisaran 4,5% - 5,5% tahun depan dinilai akan sulit diwujudkan.

        “Pertanyaan yang muncul adalah mampukah tim ekonomi pemerintah mewujudkan hal tersebut dengan mengandalkan sektor konsumsi dan investasi sebagai lokomotif utama dalam mencapai target pertumbuhan tersebut,” ujar Anggota Komisi XI DPR, Kamrussamad di Jakarta dalam rilis yang diterima di Jakarta, Sabtu (15/8/2020).

        Baca Juga: Ketua MPR Ingatkan Dampak Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19

        Hingga semester pertama tahun ini, kata Foudner KAHMIPreneur itu belum ada tanda-tanda sektor rill bergerak. Maka seharusnya APBN 2021 tema yang tepat adalah penyelamatan ekonomi nasional.

        “Kita tidak meragukan tim ekonomi pemerintah tetapi kenyataan kinerja semester pertama sepanjang tahun 2020 dibuktikan rendahnya penyerapan anggaran, sentralisasi data penerima bansos yang belum ter update, masih belum bergeraknya sektor riil, semakin rendahnya daya beli yang semua berujung pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan hingga  terganggunya demand site dan supply site,” ucapnya.

        Lebih jauh dikatakan,koordinasi antar kementerian/lembaga dan Pemda dinilainya belum satu langkah dalam mengimplementasikan kebijakan penanganan Covid-19 serta dampak yang ditimbulkan.

        “Jika kita melihat berbagai pendapat pakar ekonomi yang mengatakan sebenarnya Indonesia sudah masuk resesi pada kuartal II-2020, karena pertumbuhan ekonomi sudah negatif selama dua kuartal berturut-turut, dihitung berdasarkan Quarter-on-Quarter-Seasonally Adjusted (QoQ-SA). Yaitu, kuartal saat ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, setelah dikoreksi faktor musiman,” urainya.

        Dikatakannya, pertumbuhan kuartal I-2020 jika dibandingkan dengan kuartal IV-2019 menunjukan minus 0,7%. Sedangkan pertumbuhan kuartal II-2020 dibandingkan kuartal I-2020 mengalami minus 6,9%.

        “Perhitungan untuk menentukan resesi seperti ini, QoQ-SA, berlaku universal secara internasional,” paparnya.

        Kendati begitu menurutnya, pemerintah mengatakan Indonesia masih belum resesi. Karena pemerintah menggunakan definisi resesi sendiri, yaitu pertumbuhan kuartal saat ini dibandingkan kuartal sama tahun lalu (YoY).

        Berdasarkan perhitungan ini maka pertumbuhan kuartal I-2020 terhadap kuartal IV-2019 positif 2,97%, dan pertumbuhan kuartal II-2020 terhadap kuartal II-2019 minus 5,32%. Oleh karena itu, pemerintah mengatakan masih belum resesi karena baru satu kuartal negatif.

        Dikatakan Kamrussamad, pemerintah sepertinya tidak ingin ada stigma Indonesia masuk resesi. Untuk itu, pemerintah berusaha meyakinkan publik kalau ekonomi pada kuartal III-2020 bisa lebih baik dari kuartal III-2019 (YoY). Pemerintah bahkan berharap pertumbuhan kuartal III-2020 bisa positif sehingga dapat terhindar dari kata resesi yang nampaknya menjadi momok.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: