Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Amazon, Ritel Daring Bernilai USD1,6 T

        Kisah Perusahaan Raksasa: Amazon, Ritel Daring Bernilai USD1,6 T Kredit Foto: Reuters/Pascal Rossignol
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Amazon.com atau umumnya disebut Amazon merupakan perusahaan teknologi multinasional, retailer daring (online), produsen buku elektronik, streaming digital, dan penyedia layanan web yang menjadi contoh ikonik niaga-el dunia. Kantor pusatnya berada di Seattle, Washington, Amerika Serikat.

        Perusahaan ini dianggap sebagai salah satu "Big Four" dari perusahaan teknologi raksasa, bersama Google, Apple, dan Facebook. Raksasa ini juga disebut sebagai salah satu kekuatan ekonomi dan budaya paling berpengaruh di dunia. Tak lupa, ia juga menjadi merek paling berharga di dunia.

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: BP, Kilang Minyak Bercuan USD4,2T/Tahun

        Perusahaan sebesar Amazon seharusnya tidak dapat tumbuh secepat ini. Tetapi pertumbuhan pendapatannya sebesar 21 persen pada 2019, menjadi 281 miliar dolar AS, adalah alasan mengapa perusahaan yang berbasis di Seattle ini duduk di posisi kesembilan, naik empat peringkat pada 2020 di Global 500 versi Fortune.

        Pada 2020, Amazon memperoleh laba 11,6 miliar dolar AS dan lebih dari 280 miliar dolar AS dalam penjualan tahunan. Nilai pasarnya juga memiliki nilai fantastis, yakni lebih dari 1,58 triliun dolar AS.

        Konsumennya terus berkembang. Pada 2019 saja, terhitung lebih dari 150 juta pelanggan global untuk fitur pengiriman barang dan hiburan berlangganan. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, unit Amazon Web Services melampaui laba perusahaan secara keseluruhan, pendapatan total meningkat 37 persen menjadi 35 miliar dolar AS.

        Baru-baru ini, pandemi virus corona memaksa Amazon untuk bertaruh pada kondisi. Namun pada gilirannya, fiskal perusahaan kuartal kedua (berakhir 30 Juni 2020) tercatat, penjualan melonjak 40 persen, dari tahun ke tahun, menjadi 88,9 miliar dolar AS. Laba yang diperoleh untuk kuartal tersebut berlipat ganda, menjadi 5,2 miliar dolar AS.

        Seperti apa perjalanan perusahaan raksasa besutan Jeff Bezos ini? Kali ini, Selasa (18/8/2020), Warta Ekonomi berkesempatan membahas kisah Amazon.com, dikutip dan diolah dari beberapa sumber menjadi tulisan sebagai berikut.

        Pada 16 Juli 1995, Amazon secara resmi membuka bisnisnya sebagai penjual buku daring. Jeff Bezos dan istrinya MacKenzie membuka bisnis daringnya di Seattle. Ia memiliki 2 alasan, pertama reputasi kota itu sebagai pusat teknologi, dan kedua karena populasi kota itu kecil berarti mereka tidak perlu membebankan pajak penjualan ke sebagian besar pelanggan mereka.

        Bezos mendanai bisnis pertamanya dengan 10.000 dolar AS dari kantongnya sendiri. Ia dan staf kecilnya menghabiskan hari-hari awal mereka bekerja di atas meja yang terbuat dari pintu dalam garasinya.

        Bezos memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu komputer dan teknik elektro dari Universitas Princeton pada 1986. Ia kemudian bekerja di industri jasa keuangan di New York City. Pada 1994, setelah menyadari bisnis penjualan buku daring memiliki potensi besar, ia pindah ke Negara Bagian Washington. Dan, di sanalah, Bezos muda mendirikan Amazon.

        Bezos awalnya menjuluki bisnisnya Cadabra (seperti dalam abrakadabra). Tetapi setelah seseorang salah mendengar nama itu sebagai "cadaver" (mayat), ia memutuskan untuk menamai perusahaan rintisannya (startup) dengan Amazon. Julukan itu terinspirasi dari sebuah sungai besar di Amerika Selatan. Dan, Bezos sendiri tidak percaya bahwa ia menggunakan nama sungai raksasa itu.

        Meskipun Amazon terkenal sebagai penjual buku, Bezos berpendapat sejak awal bahwa situs tersebut bukan hanya pengecer produk konsumen. Ia mengemukakan, Amazon adalah perusahaan teknologi yang bisnisnya menyederhanakan transaksi daring bagi konsumen.

        Pada musim semi 1995, Bezos mengundang sekelompok kecil teman dan mantan kolega untuk memeriksa versi beta situs web Amazon ciptaannya. Pesanan pertama dilakukan pada 3 April tahun itu, untuk buku sains berjudul "Fluid Concepts and Creative Analogies."

        Ketika Amazon dipamerkan ke masyarakat umum pada Juli 1995, perusahaan dengan berani menamai dirinya sebagai "toko buku terbesar di dunia". Meski demikian, penjualan awalnya hanya dari mulut ke mulut dan Bezos membantu mengumpulkan pesanan dan mengarahkan paket ke kantor pos.

        Pada akhir 1996 Amazon telah meraup pendapatan 15,7 juta dolar AS. Namun langkah cepat Bezos membawa perusahaan tersebut ke publik pada 1997, dengan penawaran umum perdana senilai 18 dolar AS per saham. Selain uang tunai, perusahaan dapat menggunakan saham tersebut untuk mendanai pertumbuhan agresif dan strategi akuisisi.

        Strategi bisnis Amazon sering kali disambut dengan skeptisisme. Jurnalis dan analis keuangan meremehkan perusahaan dengan menyebutnya sebagai bom Amazon.

        Namun, Bezos menolak para penentang karena tidak memahami potensi pertumbuhan besar-besaran dari internet. Ia berargumen bahwa untuk sukses sebagai pengecer daring, sebuah perusahaan perlu "Menjadi Besar dengan Cepat," sebuah slogan yang ia cetak di kaus karyawan.

        Faktanya, Amazon berkembang pesat. Jumlah pelanggan mencapai 180.000 akun pelanggan pada Desember 1996, setelah tahun pertama beroperasi penuh. Kurang dari setahun kemudian, pada Oktober 1997, ia memiliki 1.000.000 akun pelanggan.

        Setelah memiliki label perusahaan publik dengan menjual sahamnya, pendapatan Amazon pun melonjak dari 15,7 dolar AS juta pada tahun 1996 menjadi 148 juta dolar AS pada 1997, diikuti 610 juta dolar AS pada 1998. 

        Hal unik terjadi pada pesanan kesatu juta pada 1997. Pada momen tersebut, Bezos secara pribadi mengirimkan pesanan Amazon kepada pelanggan di Jepang yang telah membeli Windows NT dan biografi Putri Diana.

        Setahun kemudian, Amazon tak cuma menjual buku elektronik. Perusahaan itu mulai menjual CD musik. Pada 1999, Bezos telah menambahkan lebih banyak kategori produk, seperti mainan, elektronik, dan peralatan.

        Pada Desember 1999, Amazon telah mengirimkan 20 juta item ke 150 negara di seluruh dunia. Pada bulan yang sama, Bezos dinobatkan sebagai "Person of the Year" versi majalah Time.

        Perusahaan berkembang pesat di bidang lain. Program kerja sama yang diusung Amazon membuahkan hasil manis. Dengan cukup membayar komisi, Amazon mengizinkan situs web lain menawarkan barang dagangannya di lapak mereka.

        Bermula dari hanya satu laman web pada 1996, Amazon sudah memiliki lebih dari 350.000 laman web rekanan pada 1999. Lapak rekanan kebanyakan menjual buku, sama seperti yang Bezos lakukan pada awal bisnisnya. Namun pada perkembangannya, semua jenis produk sudah ditawarkan di web tersebut.

        Pada 1999, Bezos rupanya mulai menjangkau ranah internasional dengan mengakuisisi penjual buku daring di Inggris dan Jerman. Untuk mempertahankan pertumbuhan itu, Amazon membutuhkan lebih dari sekadar investor swasta untuk menanggung ekspansi. 

        Seperti disebutkan di atas, Bezos mengklaim bahwa Amazon bukanlah pengecer tetapi perusahaan teknologi. Untuk menggarisbawahi intinya, pada 2002 perusahaan meluncurkan Amazon Web Services (AWS), yang pada awalnya menawarkan data tentang pola lalu lintas Internet, popularitas situs Web, dan statistik lainnya untuk pengembang dan pemasar.

        Pada 2006, perusahaan memperluas portofolio AWS-nya dengan Elastic Compute Cloud (EC2), yang menyewakan daya pemrosesan komputer dalam peningkatan kecil atau besar. Pada tahun yang sama, Simple Storage Service (S3), yang menyewakan penyimpanan data melalui internet, tersedia.

        S3 dan EC2 dengan cepat berhasil dan membantu mempopulerkan gagasan bahwa perusahaan dan individu tidak perlu memiliki sumber daya komputasi; mereka dapat menyewanya sesuai kebutuhan melalui Internet, atau "di cloud".

        Misalnya, pada 2007, segera setelah peluncuran, layanan S3 berisi lebih dari 10 miliar objek, atau file; lima tahun kemudian, jumlahnya lebih dari 905 miliar. AWS bahkan digunakan oleh saingan Amazon, seperti Netflix, yang menggunakan S3 dan EC2 untuk layanan streaming video pesaingnya.

        Ketika Bezos mendirikan Amazon, strateginya adalah tidak membawa inventaris apa pun. Namun, untuk dapat mengontrol pengiriman barang, pada 1997 perusahaan mulai menyimpan inventaris di gudang. Pada 2000, perusahaan memulai layanan yang memungkinkan perusahaan kecil dan individu menjual produk mereka melalui Amazon.

        Enam tahun berikutnya, perusahaan telah memulai layanan "Fulfillment by Amazon" yang mengelola inventaris bisnis tersebut. Bisnis manajemen inventarisnya yang berkembang mendorong pembelian Kiva Systems senilai 775 juta dolar AS pada 2012, sebuah perusahaan robotika yang perangkatnya mengotomatiskan tugas pemenuhan inventaris.

        Namun demikian, meskipun telah berkembang jauh melampaui ritel online, sebagian besar pendapatan perusahaan terus datang melalui penjualan produk secara online (meskipun divisi yang paling menguntungkan tetap AWS), dan di situlah sebagian besar investasinya telah ditargetkan. Selama bertahun-tahun ia telah mengakuisisi atau berinvestasi di banyak pengecer online, seperti penjual sepatu Zappos, yang dibeli seharga 847 juta dolar AS pada 2009.

        Pada 2007, Amazon meluncurkan Kindle e-reader; empat tahun kemudian, perusahaan mengumumkan menjual lebih banyak buku-el daripada buku cetak. Juga pada 2011, komputer tablet Amazon, Kindle Fire, dirilis.

        Selain itu, Amazon telah mengakuisisi sejumlah perusahaan, termasuk Zappos dan Whole Foods --dengan nilai lebih dari 13 miliar dolar AS. Pada 2015, Amazon melampaui Walmart sebagai pengecer paling berharga di dunia. Dua dekade setelah didirikan dan dengan Bezos masih memimpin, nilai pasar Amazon mencapai 250 miliar dolar AS. Pada 2017, Bezos dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia.

        Amazon mencapai kapitalisasi pasar 1 triliun dolar AS, pada September 2018. Dipicu oleh antusiasme investor untuk meningkatkan keuntungan, harga saham Amazon naik cukup signifikan, membuat perusahaan itu bernilai 1 triliun dolar AS.

        Ini adalah perusahaan kedua yang melewati batas itu, setelah Apple mencapainya di awal tahun yang sama. Analis dengan cepat mulai memperkirakan 2 triliun dolar AS akan dicapai Amazon tidak jauh di masa depan.

        Di bawah tekanan dari serikat pekerja dan progresif seperti Senator Vermont Bernie Sanders, Amazon mengumumkan akan menaikkan upah minimum menjadi 15 dolar AS per jam, efektif 1 November 2019. Perubahan tersebut diperkirakan akan berdampak pada 250.000 karyawan perusahaan, ditambah 100.000 pekerja musiman.

        Pada seperempat abad, Amazon sudah memiliki 647.500 karyawan, dan menempati real estate seluas 88 meter persegi. Perusahaan ini merupakan penyumbang hampir setengah dari ritel daring di Amerika Serikat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: