Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kim Jong-un Koma, Hubungan Korut-China Retak

        Kim Jong-un Koma, Hubungan Korut-China Retak Kredit Foto: Reuters/KCNA
        Warta Ekonomi, London -

        Beberapa hari ini kabar kondisi kesehatan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un banyak dibicarakan.

        Kim Jong-un diyakini tengah berada dalam kondisi yang tidak baik bahkan isu kematiannya pun mencuat.

        Baca Juga: Di Ambang Bencana, Kim Jong-un Dikabarkan Sedang Koma

        Ditengah isu tak menyenangkan itu, hubungan Korea Utara dan China dikabarkan sempat meregang.

        China dan Korea Utara diketahui memiliki hubungan yang sangat baik selama beberapa dekade, namun tampaknya sempat mengalami keregangan.

        Beijing dikabarkan mengecam tindakan Pyongyang dan menilai negara itu telah mengkhianati prinsip nilai komunis.

        Seorang mantan asisten Presiden Korea Utara pada akhir pekan lalu mengklaim kondisi Kim Jong-un yang berada dalam keadaan koma.

        Ia juga mengkonfirmasi jika saudara perempuan dari pemimpin tertinggi Korea Utara itu, yakni Kim Yo-jong diberikan kekuasaan untuk memerintah.

        "Saya menilai dia sedang koma, tapi hidupnya belum berakhir. Struktur suksesi lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo-jong dikedepankan karena kekosongan tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama," ujar Chang Song-min dikutip dari laman Express.

        Negara tertutup itu telah menghadapi beberapa dekade kritik keras dari Barat, karena dinasti Kim benar-benar menutup Korea Utara dari dunia luar setelah Perang Korea pada tahun lima puluhan silam.

        Korea Utara telah mengalami kelaparan yang parah, bahkan Biro Sensus AS memperkirakan hingga 600.000 orang meninggal karena penyakit kelaparan antara tahun 1993 dan 2000.

        Ditambah lagi dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan program rudal negara itu yang memicu kritik keras khususnya dari Washington.

        Sementara Presiden AS Donald Trump telah menjadi kritikus paling vokal terhadap Korea Utara, para pendahulunya juga menyuarakan oposisi yang kuat.

        Namun sejak Korea terpecah menjadi dua pada tahun 50-an, Korea Utara telah menemukan kenyamanan dan dukungan dari China yang menambah signifikansi pada momen kemarahan Beijing.

        Patung besar berlapis daun emas milik pendiri Korea Utara Kim Il-sung di Pyongyang memicu cemoohan dari negara tetangga China yang melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip komunis negara itu.

        Putranya Kim Jong-il, yang akan berebut kursi dengan saudara laki-lakinya untuk menjadi pemimpin pada tahun 1994, telah menugaskan pembuatan patung itu sebagai bagian dari rencana untuk memenangkan hati menjelang ulang tahun ayahnya yang ke-60.

        Chris Mikul, penulis 'My Favourite Dictators', mencatat jika pada awalnya patung ditutup dengan lapisan daun emas bernilai triliunan rupiah.

        Namun, ketika Deng Xiaoping dari China mengunjungi Korea Utara dan melihat patung besar Kim Il-sung.

        Deng Xiaoping menilai patung itu agak konyol untuk sebuah negara komunis.

        Patung setinggi lebih dari 20 meter itu bertujuan untuk melestarikan warisan Kim Il-sung dengan menunjukkan dirinya menjulang tinggi di atas kota dan warganya hampir seperti dewa.

        Ini adalah salah satu dari 229 patung di seluruh negara bagian yang dirancang untuk menghormati sejarah dan pemimpin bangsa.

        Propaganda Korea Utara menjelaskan patung-patung kelompok mewakili secara komprehensif sejarah abadi perjuangan revolusioner rakyat Korea.

        "Mereka hanya mencatat kemenangan dan kemuliaan di bawah kepemimpinan bijak Generalissimos yang agung," ungkap propaganda tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: