Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Katalis Merah-Putih untuk D100, Yuk Kenalan Dulu...

        Katalis Merah-Putih untuk D100, Yuk Kenalan Dulu... Kredit Foto: Universitas Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keberhasilan produksi green diesel (D100) pada Juli 2020 lalu merupakan hasil kerja sama antara pemerintah, PT Pertamina, Institut Teknologi Bandung (ITB), serta juga dukungan dari stakeholder lainnya.

        Produksi D100 yang telah dilakukan di eksisting Kilang Dumai, Riau tersebut tidak terlepas dari penggunaan katalis. Bagi industri kimia, katalis merupakan jantung kehidupan yang menjadi pusat atas reaksi-reaksi kimiawi.

        Katalis dibuat dari senyawa zat mineral yang dicetak dalam beragam bentuk dan warna berupa butiran yang sangat keras menyerupai beras, pelet atau bulatan seperti mutiara.

        Baca Juga: Anak Dipekerjakan di Kebun Sawit, Mana Buktinya?

        Baca Juga: Tutup Caturwulan II-2020, Ada Kabar Baik dari TBS di Sumatera

        Katalis berfungsi untuk mengarahkan hingga mempercepat reaksi bahan baku olahan di industri hingga mencapai keseimbangan menjadi senyawa yang stabil. Dengan katalis, reaksi bahan proses dapat menjadi lebih efisien dari segi waktu, bahan baku, energi, serta ramah lingkungan.

        Di dunia, kebutuhan katalis diperkirakan mencapai US$21 miliar (atau sekitar Rp294 triliun). Nilai ekonomi yang dihasilkan dari produk olahan yang menggunakan katalis mampu mencapai US$11 triliun–US$15 triliun atau setara Rp210.000 triliun (Rp210 kuadriliun).

        Sementara itu, penggunaan katalis di Indonesia mencapai sekitar US$500 juta (Rp7 triliun). Namun sayangnya, untuk memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri, hampir 100 persen sektor industri mengandalkan produk impor.

        Rintisan pengembangan katalis di Indonesia sudah dilakukan oleh pakar katalis dari Fakultas Teknik Kimia ITB sejak 1983 lalu. Riset tersebut menghasilkan enam jenis katalis yang terbukti berfungsi baik.

        Katalis pertama yang dibuat berbasis besi oksida sebagai absorben gas II2S yang disebut PIMITBl dan digunakan untuk desulfurisasi gas alam. Pada 2004, pakar katalis ITB Prof Subagjo bersama rekannya, Makertihartha dan Melia Laniwati, menemukan formula katalis yang dinamai PK100 HS untuk hidrotriting (hydrotreating) Nafta (NHT).

        Uji coba skala pilot dilakukan di Pusat Riset dan Teknologi Pertamina menggunakan 100 gram katalis dan menunjukkan hasil lebih baik daripada katalis komersial. Dari sinilah, katalis tersebut dinamakan katalis Merah-Putih.

        Kehadiran inovasi katalis Merah Putih ini memegang peranan penting bagi kemandirian teknologi dan pengembangan produksi green energy di Tanah Air. Dalam jangka panjang, kehadiran inovasi katalis ini dapat menjadi dukungan menuju Indonesia yang mandiri dan daulat energi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: