Meskipun sudah mengalami tren penurunan, jejak pemberitaan negatif industri perkebunan kelapa sawit Indonesia masih stay di media dan di dalam mindset sejumlah masyarakat Indonesia.
Secara masif, kelapa sawit diserang sebagai pembawa nilai minus dalam aspek lingkungan dan sosial, salah satunya terkait isu perkebunan kelapa sawit yang mempekerjakan anak di dalamnya oleh sejumlah pihak dan LSM antisawit.
Kendati demikian, suara dari pihak-pihak tersebut berhasil dibungkam dan dibantahkan melalui survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Desa Seberu, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Tutup Caturwulan II-2020, Ada Kabar Baik dari TBS di Sumatera
Baca Juga: Peran Sawit: Menyehatkan Neraca Perdagangan!
Peneliti LIPI, M Wahyu Ghani mengatakan, "tidak ada pekerja anak di perkebunan perusahaan sawit berskala besar. Malahan, anak-anak ini lebih banyak membantu perkebunan sawit milik keluarga mereka."
Lebih lanjut Ghani juga menjelaskan, anak-anak tersebut memutuskan untuk ikut membantu orang tuanya dalam mengolah kebun sawit setelah melaksanakan kewajibannya bersekolah. Tetapi, ada pula anak yang memang berhenti sekolah, lalu memilih bekerja, baik di kebun sawit milik orang tuanya sendiri maupun kebun milik kerabat.
Terkait banyaknya pekerja anak yang berada di perkebunan sawit keluarga, Ghani menyebut, hal tersebut diakibatkan masih dipeliharanya nilai tradisi oleh masyarakat setempat. Orang tua memandang bahwa mempekerjakan anak di usaha sawit keluarga merupakan suatu hal yang baik untuk proses regenerasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: