Berapa biaya yang mesti kita keluarkan untuk melaksanakan tes usap (swab test)? Mari simak informasi dari rapat kerja Satgas Penanganan COVID-19 dengan DPR.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo mendengar curhatan dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Ace Hasan Syadzily. Politisi Partai Golkar itu menyatakan rate population test Covid-19 sekarang relatif sudah semakin tinggi. Hanya saja, Ace mengungkap, diduga ada beberapa pihak yang memanfaatkan tes Covid-19 untuk kepentingan-kepentingan bisnis.
“Ada yang harga swab test itu sekian juta dengan penyelesaian sekian jam, dua hari, tiga hari,” kata Ace.
Baca Juga: Harga Netflix, Disney+, Viu, dan Iflix: Lebih Murah Mana?
Baca Juga: Bisnis Online di Indonesia: Potensi dan Tantangannya
Ace mengaku tidak tahu bagaimana pengaturan terkait prosedur swab test ini. Dia pun mempertanyakan, apakah Satgas juga sudah menetapkan prosedur uji tersebut.
“Supaya masyarakat jangan sampai merasa di satu sisi dengar ini gratis, tapi di sisi lain ada yang harus bayar sampai Rp 2 juta misalnya. Ya, kalau itu dilakukan swasta mesti ada standar yang mengatur itu,” ungkapnya.
Apa jawab Doni? Ternyata, apa yang disampaikan Ace sudah diketahui Doni. Kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini mengakui, memang ada rumah sakit yang masih mematok biaya swab test di atas Rp 2,5 juta.
"Padahal biaya untuk tes swab hanya sekitar Rp 500 ribu," jelas Doni.
Namun Doni tidak menyebut rumah sakit mana saja yang dia maksud. Doni hanya mengungkapkan, pihaknya telah mendistribusikan jutaan reagen ke seluruh daerah agar bisa melakukan swab test secara gratis.
"Dan memang kalau dilihat 51 persen mereka yang sekarang mengikuti swab test ini adalah gratis. Itu adalah lab-lab yang dikelola pemerintah," imbuhnya.
Dia pun berjanji akan berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan dalam menetapkan standar harga atau tarif untuk swab test. Dengan begitu, pihak rumah sakit dan masyarakat tidak akan dirugikan.
"Supaya harganya standar, kami tidak ingin pengusaha yang membeli alat, membangun jaringan, mereka rugi, tapi kami juga tidak ingin masyarakat mengalami kerugian. Jadi kami akan libatkan BPKP untuk memutuskan harga yang layak sehingga berjalan dengan baik," sebut Doni.
Ombudsman RI sudah melakukan investigasi terkait kabar tersebut. Sejumlah fakta terungkap dari investigasi Ombusdman. "Dari investigasi ini terlihat harga pokok swab test antara 20 sampai 25 dolar per kali tes," kata anggota Ombudsman, Alvin Lie.
Harga segitu berarti sekitar Rp 300 ribu sampai Rp 350 ribu. Masih lebih murah dibanding yang dibilang Doni Monardo. Namun kenapa akhirnya biaya swab test menjadi tinggi, ternyata ada alasannya. "Permasalahannya di Indonesia untuk membaca sampel yang sudah diambil perlu mesin, kita kurang mesinnya. Jadi yang buat mahal karena kekurangan mesin," jelas Alvin.
Menurutnya, mesin tersebut hanya dapat ditemukan di kota-kota besar. Hal ini yang kemudian berdampak terjadinya antrean pemeriksaan sampel Corona. "Di setiap kota besar atau ibu kota provinsi itu hanya ada beberapa. Kabupaten di sekelilingnya mengirimkan sampel ke ibu kota provinsi. Sehingga terjadi antrean cukup panjang. Bahkan lebih dari 5 hari, kadang sampai satu minggu," tukasnya.
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad meminta Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPPEN) turun tangan menindaklanjuti temuan mahalnya swab test di sejumlah RS. Langkah itu diperlukan agar ke depannya ada batasan harga yang mesti ditetapkan. "Sehingga kemahalan-kemahalan swab test atau perbedaan harga-harga swab itu bisa disamakan atau minimal ada patokan harga," pungkas Dasco.
Terpisah, Kepala Bidang Media dan Opini Publik Kemenkes, Busroni belum bisa memberikan penjelasan terkait hal ini. "Belum bisa (memberikan keterangan) karena kami belum update," ucapnya.
Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menilai wajar jika swab test mahal. Sebab proses uji tersebut mencakup pemeriksaan stik detektor, reagen, cartridge, mesin, hingga biaya SDM-nya. Ada beberapa cost atau unit cost yang meungkin bisa standar, tapi ada utility cost yang bisa berbeda sehingga muncul perbedaan harga.
Termasuk perbedaan harga swab test yang dilakukan RS pemerintah dengan RS swasta. Dia bilang RS pemerintah yang menjadi rujukan pasien Covid-19 tentunya telah disubsidi hingga ke tahapan tracing. "Misalnya kalau orang sudah positif kemudian keluarganya juga ditelusuri, maka yang membiayai pemerintah melalui BPJS Kesehatan. Beda hal dengan mandiri atau RS swasta yang ingin memastikan dirinya atau pasiennya terpapar atau tidak," ujarnya.
Supaya ada standarisasi, sambungnya, setiap swab test pemerintah harus memberikan subsidi. Apalagi swab test seharusnya dilakukan berdasarkan testing, tracing, dan treatment. "Kepentingan tiga T ini harus menjadi kepentingan pemerintah sehingga biayanya bisa ditanggung pemerintah," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: