Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Walikota Bogor: PSBB Total Ala Anies Baswedan Bukan Sebuah Solusi

        Walikota Bogor: PSBB Total Ala Anies Baswedan Bukan Sebuah Solusi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wali Kota Bogor Bima Arya menyebut kebijakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, bukan merupakan satu-satunya solusi untuk menekan angka penularan Covid-19.

        Menurut Bima, masih banyak cara yang dapat dilakukan Pemprov DKI menekan laju virus Corona  (Covid-19). Baca Juga: "Anies Baswedan Tidak Bisa Disalahkan"

        "Apakah ada single solution atau metode saya kira tidak, apakah PSBB Total adalah jawaban semuanya? Saya kira juga belum tentu. Kita harus melakukan langkah yang signifikan, iya, bahwa kita harus berkoordinasi, iya. Bahwa selama ini kita tidak cukup kuat, tegas, dan jelas, iya," kata Bima dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (12/8/2020).

        Lebih lanjut dikatakan Bima Arya, pihaknya melakukan riset bersama dengan pihak laporcovid-19 dan salah satu NGO Singapura terhadap 21.000 responden warga kota Bogor. Hasilnya didapatkan bahwa mayoritas masyarakat belum mengetahui lebih jauh apa itu Covid-19. Baca Juga: Ngeri, Anies Gembok Jakarta, Ancaman PHK di depan Mata

        "Kami baru saja merampungkan survei ke 21.000 responden yang menyebar merata ke seluruh kota Bogor, bekerjasama dengan teman-teman lapor Covid-19 dan NGO Singapura. Mayoritas engga paham apa itu Covid-19, mayoritas warga merasa itu jauh dari Covid-19, dan sedikit dari mereka yang merasa kemungkinannya terpapar," bebernya.

        Dalam survei itu dikatakan, sebanyak 19 persen warga kota Bogor masih percaya akan teori konspirasi. Namun, untungnya sebanyak 29 persen dari responden tersebut mengaku tidak percaya.

        "Lanjut lagi 50 persen warga bingung, bisa iya, bisa enggak tentang teori konspirasi. 90 persen terpapar ekonominya, dan 40 persen kehilangan mata pekerjaannya," ujarnya.

        Bima melanjutkan, survei tersebut membuktikan bahwasanya masyarakat masih memiliki tingkat edukasi yang rendah. Selain itu, ekonomi masyarakat benar-benar terdampak terjadinya pandemi ini.

        "Jadi poinnya adalah, satu dampak ekonomi demikian dahsyat dan kedua tingkat edukasi warga rendah sekali. Persepsi resiko ancaman Covid-19 itu kan rendah sekali. Ini bahaya," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: