Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cara Jitu Cerdas Finansial saat Resesi

        Cara Jitu Cerdas Finansial saat Resesi Kredit Foto: Warta Ekonomi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penyebaran pandemi Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus menarik rem darurat untuk kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar jillid II atau populer disebut PSBB Total.

        Dalam peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 tahun 2020 disebutkan jika terdapat 11 sektor usaha yang diperboleh beroperasi yakni sektor kesehatan, bahan pangan dan minuman, energi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, perbankan dan sistem pembayaran pasar modal, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, serta pelayanan dasar utilitas publik dan industri objek vital nasional.

        Akan tetapi, aturan kapasitas kantor pada 11 sektor usaha tersebut lebih diperketat. Jika pada PSBB Jilid I karyawan perusahaan di sebelas sektor tersebut boleh masuk kantor. Pada PSBB Jilid II hanya 50 persen karyawan yang boleh masuk kantor dalam waktu bersamaan.

        Baca Juga: Cara Mudah Berinvestasi Reksa Dana di Masa PSBB Covid-19

        Untuk kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan kementerian, jumlah karyawan yang diperbolehkan masuk hanya 25 persen dari total karyawan. Sementara, perkantoran swasta nonesensial juga diperbolehkan beroperasi, namun dengan pembatasan maksimum 25 persen pegawai di tempat kerja pada waktu yang bersamaan.

        Nah, pembatasan ini dinilai banyak pihak akan membuat Indonesia jatuh ke jurang resesi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan sudah menyatakan Indonesia akan bergabung dengan 215 negara lain yang mengalami resesi.

        Saat resesi di depan mata, Warta Ekonomi melalui progam WE Talk berinisiatif untuk mengundang Adrian Irwandika seorang financepreneur sekaligus investor untuk membahas bagaimana Cerdas Finansial saat Resesi bersama jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani sebagai host.

        Berikut ini kutipan wawancara progam WE Talk bertajuk Cerdas Finansial saat Resesi tersebut.

        Sebelum masuk ke saran dan tips, sebenarnya apa itu resesi?

        Resesi terjadi ketika adanya penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dalam suatu negara. Kemungkinan terjadinya resesi akan selalu ada.

        Karenanya, resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara. Resesi ini sering dihubung-hubungkan dengan turunnya harga-harga, atau justru kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam. Melemahnya roda ekonomi akibat kenaikan atau penurunan harga yang drastis ini lah yang menimbulkan dampak negatif bagi seluruh lapisan masyarakat.

        Oke, lalu apa dampak signifikan resesi terhadap kondisi finansial seseorang?

        Berbicara mengenai dampak, ada tiga hal utama yang dapat terjadi atas adanya resesi. Hal pertama yang juga merupakan kecemasan utama bagi banyak orang adalah maraknya PHK dan rendahnya penciptaan lapangan kerja. Ini bisa terjadi karena minimnya produktivitas yang dilakukan perusahaan yang diiringi dengan sedikitnya uang yang dihasilkan perusahaan sehingga tidak lagi mampu membayarkan gaji pegawai.

        Kemudian dampak selanjutnya adalah kemungkinan terjadinya rem konsumsi yang dilakukan masyarakat. PHK yang telah disebutkan sebelumnya tentunya akan mempengaruhi penghasilan seseorang, baik secara pribadi ataupun per keluarga. Hal ini menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat, khususnya kalangan bawah, hingga ke titik hampir atau bahkan tidak memiliki daya beli sama sekali.

        Sedangkan di sisi lainnya, masyarakat kalangan atas yang masih mempunyai uang pastinya akan sangat berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Akhirnya, perputaran roda ekonomi terhambat.

        Dampak terakhir yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya angka kemiskinan sebagai efek domino dari banyaknya PHK dan daya beli rendah yang telah dibahas sebelumnya.

        Nah, apa saja yang harus dipersiapkan seseorang dalam menghadapi resesi?

        Resesi bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa peringatan. Pada saat gejala resesi mulai muncul, ada hal-hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk persiapan untuk menghadapinya. Paling pertama yang bisa dilakukan seseorang adalah melunasi segala utang yang ada.

        Karena terjadi kemerosotan ekonomi, segala bentuk tanggungan utang yang dimiliki seseorang nantinya akan sangat berpotensi memperburuk situasi orang tersebut ketika terjadi resesi, terutama jika yang bersangkutan kehilangan pekerjaan dan tidak lagi memiliki penghasilan.

        Selanjutnya, yang bisa kita lakukan selagi masih ada waktu adalah mempersiapkan dana darurat. Dana darurat ini nantinya akan dapat dimanfaatkan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membutuhkan biaya yang besar.

        Persiapan berikutnya adalah membangun aset intelektual, yang berguna untuk meningkatkan keterampilan, baik di bidang yang sedang dijalani ataupun bidang yang lain. Ketika seseorang memiliki lebih banyak keterampilan, tentunya orang tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bisa bertahan pada masa resesi. Dengan memiliki berbagai macam keterampilan, akan memungkinkan bagi seseorang untuk tidak mengandalkan satu sumber penghasilan yang berguna untuk kelangsungan kehidupan.

        Yang terakhir, seseorang dapat mencoba untuk membangun bisnis yang minim modal sehingga sumber pemasukan akan bertambah terutama jika terkena dampak PHK.

        Jika resesi terjadi, bagaimana cara mengelola dan melindungi keuangan?

        Segala upaya yang dilakukan tidak akan bisa memungkiri terjadinya resesi jika memang sudah harus terjadi. Ketika hal itu terjadi, seseorang dapat merinci ulang seluruh pos keuangan keluarga, caranya dengan menghitung total anggaran per bulan yang diperlukan, kemudian dibandingkan dengan penghasilan saat ini untuk menghitung arus kas.

        Jika arus kas positif, fokuslah untuk mempersiapkan keamanan finansial, sebagai bentuk antisipasi risiko-risiko kehidupan yang membutuhkan biaya besar, misalnya ketika terjadi sakit, baik itu sakit biasa maupun sakit yang berkepanjangan, dan meninggal dunia. Antisipasi tiga kondisi tersebut dengan memiliki asuransi kesehatan, asuransi kondisi kritis, dan asuransi jiwa.

        Namun jika arus kas ternyata negatif, yang perlu diutamakan adalah fokus untuk menambah penghasilan. Seseorang dapat mencari penghasilan tambahan dari pekerjaan paruh waktu atau seseorang juga bisa menjalankan usaha yang minim modal.

        Resesi memunculkan ancaman PHK, apa dana darurat yang harus dipersiapkan seorang pekerja?

        Idealnya, dana darurat yang perlu dipersiapkan adalah minimal tiga bulan pengeluaran untuk orang lajang, minimal enam bulan pengeluaran untuk orang yang sudah menikah, minimal sembilan bulan pengeluaran untuk yang sudah menikah dengan satu anak, dan minimal 12 bulan pengeluaran untuk yang sudah menikah dengan dua anak atau lebih. Hal ini bertujuan untuk menjaga standar kehidupan keluarga selagi mencari pekerjaan lain pasca-PHK.

        Untuk mempercepat dana darurat terkumpul sekaligus mengamankan finansial saat terjadi PHK, sebaiknya seseorang juga memiliki penghasilan kedua, ketiga, dan seterusnya.

        Apakah resesi merupakan momen yang tepat untuk melakukan investasi?

        Bagi orang-orang yang sudah memiliki keamanan finansial, dalam arti telah memiliki arus keuangan yang positif, dana darurat yang cukup, asuransi yang cukup, dan punya dana lebih untuk berinvestasi, jawabannya adalah iya, investasi akan menjadi hal yang tepat untuk dilakukan pada saat resesi.

        Kenapa demikian? Momen resesi biasanya membuka kesempatan untuk berinvestasi dengan harga yang lebih rendah, dan harga jual akan kembali tinggi pada saat keadaan sudah normal kembali.

        Apa produk investasi yang cocok saat terjadi resesi?

        Produk investasi ada bermacam-macam. Utamanya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih produk investasi, yaitu menentukan tujuan investasi, berapa lama dana investasi berniat dicairkan, seperti apa profil risikonya, baru kemudian setelahnya bisa diketahui produk investasi apa yang cocok untuk dimiliki. Ini adalah prinsip investasi yang berlaku setiap waktu, bukan hanya pada saat resesi.

        Investasi yang dilakukan pada masa resesi sebaiknya ditujukan ke sektor-sektor yang lebih stabil dan memiliki prospek jangka panjang yang baik, contohnya

        1. Obligasi pemerintah: surat utang negara yang diterbitkan oleh pemerintah menjadikannya salah satu investasi yang aman, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang;

        2. Emas: Meskipun harganya berubah setiap hari, daya tarik emas dan kelangkaan emas menjadikannya salah satu dari banyak aset paling aman;

        3. Saham defensif: Kategori saham defensif terdiri dari perusahaan di segmen makanan, perlengkapan rumah, perawatan kesehatan, utilitas, dan real estate. Saham defensif cenderung mengungguli sektor-sektor lain selama resesi karena kuatnya kebutuhan terhadap hal-hal tersebut;

        4. Dolar: Sudah banyak yang tahu bahwa dolar AS masih menjadi salah satu aset paling stabil di seluruh dunia. Berinvestasi di uang tunai menjauhkan para investor dari fluktuasi harga saham. Bahkan, nilainya bisa naik saat masa deflasi, ketika daya beli dolar naik;

        5. Perumahan: Seperti halnya saham-saham defensif, real estate merupakan kebutuhan yang penting. Harga rumah umumnya turun selama resesi. Jika ekonomi mengikuti siklus historisnya dan pulih dari posisi terendahnya, harga rumah akan naik kembali. Jadi investasi perumahan bisa sangat menguntungkan.

        Pendapatan seseorang bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali saat resesi, bagaimana tips agar pendapatan bisa terus terjaga?

        Ada berbagai macam upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga atau mempertahankan pendapatan yang dimiliki sekarang, yang pertama adalah meningkatkan kinerja. Umumnya, ketika sebuah perusahaan melakukan PHK, kinerja seorang pekerja menjadi salah satu faktor yang digunakan perusahaan untuk menilai apakah orang tersebut layak untuk dipertahankan di perusahaannya.

        Maka dari itu, seseorang harus berusaha untuk menghindari ancaman PHK dengan cara menunjukan kinerja yang baik dan maksimal.

        Lalu yang kedua, kita bisa memaksimalkan seluruh sumber pendapatan. Jika benar-benar merasa khawatir pada masa resesi, maka kita seharusnya bisa menemukan cara untuk memperbesar sumber penghasilan sebagai antisipasi. Bisa dengan mengambil pekerjaan tambahan atau membuka usaha yang minim modal.

        Ketiga, kita perlu menjaga koneksi atau jaringan yang kita miliki. Jalinan pertemanan dengan teman-teman kuliah, perusahaan-perusahaan yang pernah menawarkan posisi, hingga mantan bos yang dulu pernah berjasa, adalah berbagai jenis jaringan yang harus dijaga hubungan baiknya. Karena jaringan-jaringan inilah yang nantinya dapat membantu kita untuk mendapat pekerjaan tambahan atau pekerjaan baru.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: