Setiap tahun, menjelang 30 September, Partai Komunis Indonesia (PKI) selalu menjadi isu yang banyak diperbincangkan. Tak hanya sebagai bahan diskusi, tapi juga perdebatan mengenai penting tidaknya untuk menayangkan kembali film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI yang diproduksi di era Orde Baru.
Bagi yang setuju, pemutaran kembali film garapan Arifin C Noer yang dihentikan penayangannya sejak awal Reformasi itu dianggap sebagai pengingat kekejaman PKI terhadap para jenderal yang diculik.
Namun, bagi yang kontra, film yang menggondol piala Festival Film Indonesia (FFI) untuk kategori Skenario Terbaik itu dianggap sebagai propaganda untuk membelokkan sejarah oleh Presiden Soeharto.
Baca Juga: Cerita Dipecat Gara-gara Nonton PKI Terlalu Didramatisasi, Gatot Disindir Lagi Ngelawak
Baca Juga: Elite PKPI Tantang Eks Panglima Gatot: Kalau Benar Lelaki, Nyatakan Gus Dur Itu PKI!
Tahun ini, perdebatan serupa kembali muncul. Di tengah adu argumen yang panas, televisi swasta SCTV kemudian menayangkan film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. Alasannya karena film ini diminati penonton.
Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan, tingginya rating film Pengkhianatan G30S PKI karena bagus dalam banyak aspek, baik dari sisi sinematografi maupun cerita yang berdasarkan fakta sejarah.
"Sebagai sejarawan, sy menganjurkan masyarakat menonton film ini," cuit Fadli Zon di akun Twitter pribadinya, @fadlizon, Senin (28/9/2020).
Dia pun sepakat dengan seruan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang meminta masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang pada 30 September 2020 sebagai peringatan atas kejamnya PKI.
Menurutnya, ideologi yang dianut oleh PKI sangat ganas dan kejam. Revolusi, seperti pengambilan paksa, kudeta, dan sejenisnya, kata Fadli, adalah bagian dari rukun komunisme. Hal ini juga terjadi di Republik Indonesia di masa era Orde Lama.
"Film G30S/PKI masih sangat halus menggambarkan kekejaman komunis itu," cuitnya, Sabtu (26/9/2020).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti