Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Depresi Besar?

        Apa Itu Depresi Besar? Kredit Foto: Antara/REUTERS/Shannon Stapleton
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Depresi Besar adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi secara dramatis di seluruh dunia yang terjadi pada tahun 1929. Peristiwa ini dinamakan The Great Depression atau Zaman Malaise. Sejarah kelam ini berlangsung selama 10 tahun, sejak 1929 hingga 1939 saat pemerintahan AS dipimpin oleh Herbert Hoover.

        Depresi dimulai dengan peristiwa Selasa Hitam, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober 1929 dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929. Kepercayaan konsumen lenyap setelah jatuhnya pasar saham.

        Baca Juga: Apa Itu Cadangan Wajib Minimum?

        Depresi besar menghancurkan ekonomi, baik negara industri maupun negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan.

        Antara 1929 dan 1932, produk domestik bruto (PDB) dunia turun sekitar 15%. Sebagai perbandingan, PDB seluruh dunia 'hanya' turun kurang dari 1% dari 2008 hingga 2009 selama Resesi Hebat. Beberapa ekonomi mulai pulih pada pertengahan 1930-an. Namun, di banyak negara, efek negatif dari Depresi Hebat berlangsung hingga awal Perang Dunia II.

        Sementara itu, produksi negara turun. Petani juga tidak mampu memanen hasil ladang. Di lain sisi, jumlah tunawisma merebak di kota-kota Amerika. Puncaknya pada tahun 1933, pengangguran meningkat menjadi 15 juta jiwa.

        Pergantian presiden kepada Franklin D. Roosevelt memunculkan harapan akan berakhirnya krisis. Dalam 100 hari pertama kerjanya, Roosevelt mendorong Kongres untuk meloloskan undang-undang baru yang disebut sejarawan Lawrence Davidson dengan "kapitalisme berjaring pengaman subsidi."

        Bersama-sama, pemerintah dan bisnis membelanjakan lebih banyak pada paruh pertama tahun 1930 dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

        Di sisi lain, konsumen yang banyak mengalami kerugian besar di pasar saham pada tahun sebelumnya, mengurangi pengeluaran mereka sebesar 10%. Selain itu, pada pertengahan tahun 1930-an, kekeringan parah melanda jantung pertanian AS.

        Akhirnya, kongres meloloskan rancangan program yang diajukan Roosevelt. Program yang bernama "New Deal" ini berisi 47 program yang dibagi dalam tiga tahapan eksekusi dari 1933 sampai 1939.

        Program-program yang tertera dalam "New Deal" meliputi penutupan dan pemeriksaan kepada semua bank agar dapat sehat secara finansial, pemotongan gaji pegawai pemerintah maupun militer sebesar 15%, mempekerjakan sekitar 3 juta orang selama 10 tahun untuk menggarap lahan publik.

        Selain itu juga mereka mulai menukar emas dengan mata uang dolar, mendanai pekerjaan di bidang pertanian, konstruksi, pendidikan, maupun kesenian, dan juga memberikan pinjaman pada para petani untuk menyelamatkan ladang ternak dari penyitaan.

        Kebijakan-kebijakan ini mulai memperlihatkan hasil. Pada tahapan pertama, pertumbuhan ekonomi Amerika mencapai angka 10,8%. Pada tahapan kedua, pertumbuhan ekonomi turun meski masih di angka tinggi yakni 8,9%. Namun, pada tahun 1936, pertumbuhan ekonomi kembali naik dan menyentuh angka 12,9%.

        Terlepas dari hasil yang dipetik Roosevelt, sejak mula berlakunya "New Deal" mendapati banyak kritikan. Hal yang paling jelas ialah ketika penerapan "New Deal" dianggap terlalu sosialis atau tidak mencerminkan nilai Amerika. 

        Depresi ini juga mempengaruhi hampir setiap negara di dunia. Namun, tanggal dan besaran penurunan bervariasi secara substansial di berbagai negara. Britania Raya berjuang dengan pertumbuhan dan resesi yang rendah selama sebagian besar paruh kedua tahun 1920-an. Akan tetapi, negara ini tidak mengalami depresi berat hingga awal tahun 1930, dan penurunan produksi industri dari puncak ke lembah kira-kira hanya sepertiga dari Amerika Serikat.

        Prancis juga mengalami penurunan yang relatif singkat di awal tahun 1930-an. Pemulihan Prancis pada tahun 1932 dan 1933, berumur pendek. Produksi dan harga industri Prancis turun secara substansial antara tahun 1933 dan 1936.

        Selain itu, perekonomian Jerman ikut tergelincir ke dalam penurunan awal tahun 1928 dan kemudian stabil sebelum kembali turun pada kuartal ketiga tahun 1929. Penurunan produksi industri Jerman kira-kira sama dengan yang terjadi di Amerika Serikat.

        Sejumlah negara di Amerika Latin jatuh ke dalam depresi pada akhir 1928 dan awal 1929, sedikit sebelum penurunan produksi AS. Sementara beberapa negara kurang berkembang mengalami depresi berat, negara lain seperti Argentina dan Brasil, mengalami penurunan yang relatif ringan. Sementara Jepang mengalami depresi ringan, yang dimulai relatif terlambat dan berakhir relatif lebih awal.

        Pemulihan AS dimulai pada musim semi 1933. Output tumbuh pesat pada pertengahan 1930-an, PDB riil naik pada tingkat rata-rata 9% per tahun antara 1933 dan 1937. Namun, output turun begitu dalam pada tahun-tahun awal 1930-an.

        Pada tahun 1937–38, Amerika Serikat kembali mengalami penurunan yang parah, tetapi setelah pertengahan tahun 1938 ekonomi Amerika tumbuh lebih cepat daripada pada pertengahan tahun 1930-an. Negara akhirnya kembali ke jalur tren jangka panjangnya pada tahun 1942.

        Melalui itu, pemerintah Amerika Serikat juga sampai melegalkan Sin Industry (miras, cerutu, judi, dan prostitusi) di Las Vegas sejak tahun 1930-an sampai sekarang. Sejak itu, antara 1939 dan 1944, banyak orang mulai mendapat pekerjaan kembali karena Perang Dunia II dan Depresi Besar pun berakhir.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: