Kisah Orang Terkaya: Dietrich Mateschitz, Mantan Karyawan Unilever yang Jadi Miliarder
Pendiri minuman energi kalengan Red Bull, Dietrich Mateschitz adalah orang terkaya ke-57 dunia berdasarkan majalah Forbes. Miliarder asal Austria ini memiliki harta USD27 miliar (Rp402 triliun) berkat Red Bull Energy Drink buatannya.
Ide meluncurkan minuman energi di pasar Eropa muncul di benaknya selama perjalanan bisnis. Dietrich Mateschitz saat itu menyukai rasa minuman Thailand yang akhirnya menjadi formula untuk Red Bull. Ternyata, Red Bull menjadi tenar di pasaran dan kemudian berkembang ke pasar internasional.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Colin Huang, Orang Terkaya China yang Sempat Salip Jack Ma
Mateschitz lahir pada 20 Mei 1944, di Styria, Austria, dari sebuah keluarga Kroasia. Pria 76 tahun ini membutuhkan 10 tahun untuk mendapatkan gelar pemasaran dari Hochschule für Welthandel yang saat ini bernama Universitas Ekonomi dan Bisnis Vienna.
Setelah lulus kuliah, Mateschitz menjajaki karir di Unilever tempat dia memasarkan deterjen. Dia kemudian pindah ke Blendax yang merupakan perusahaan kosmetik Jerman. Pekerjaan Mateschitz melibatkan pemasaran pasta gigi yang harus sering dia kunjungi. Dalam salah satu perjalanan bisnisnya ke Thailand, ia menemukan minuman penambah energi bernama Krating Daeng yang menyembuhkan jet lagnya.
Mateschitz menyukai rasa minuman itu dan memutuskan untuk mengembangkan minuman energinya sendiri. Karena itu, dia mendekati pemilik merek minuman Thailand, Chaleo Yoovidhya, untuk mengajukan kemitraan. Mereka akhirnya menandatangani kesepakatan untuk membagi masing-masing 49 persen dari saham perusahaan, sementara 2 persen sisanya diberikan kepada putra Yoovidhya.
Mateschitz kemudian meluncurkan minuman energi buatannya yang sekarang secara luas populer sebagai Red Bull. Pada tahun-tahun pembentukannya, belum ada pasar untuk minuman energi. Mateschitz memanfaatkan kesempatan untuk meluncurkan produk satu-satunya pada tahun 1984.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Alexey Mordashov, Konglomerat Baja Rusia Berharta Rp286 T
Red Bull rasa berry akhirnya masuk ke pasar Eropa yang diluncurkan di Austria pada tahun 1987 dan ternyata sukses besar. Campuran asli Red Bull lebih manis dari versi modern, tetapi kombinasi dasarnya sama, mengandung taurin dan kafein.
Setelahnya perusahaan lain mulai memproduksi minuman serupa. Namun, bukannya diancam oleh itu, Mateschitz termotivasi. Red Bull pun menjadi pemimpin dunia di pasar minuman energi yang memperoleh keuntungan utama dari Jepang dan India.
Mateschitz juga banyak memasarkan 'Red Bull' di antara penggemar olahraga ekstrim, yang cocok dengan tagline-nya. Hal ini karena Mateschitz juga seorang penggemar olahraga ekstrim.
Dia ingin membuat pengikut sekte mempromosikan minuman tersebut. Saat itu, platform media sosial belum diperkenalkan. Jadi, Mateschitz menemukan mahasiswa universitas populer dan membayar mereka untuk mengadakan pesta di lokasi yang tidak biasa.
Mateschitz menyediakan kaleng Red Bull yang cukup untuk diikat di bagian atas mobil mereka ketika mereka kembali ke universitas. Tren mengubah Red Bull menjadi minuman populer yang disajikan di klub malam.
Sepanjang karirnya, Mateschitz sangat terlibat dengan olahraga. Ia ,emiliki saham di sejumlah tim dan memimpin Red Bull untuk menjadi terhubung dengan dunia olahraga. Dari 2007 hingga 2011, Matsechitz adalah salah satu pendiri Red Bull Racing Team yang berkompetisi di NASCAR hingga menghentikan operasi dan menjual mobilnya ke tim yang bersaing.
Dia juga semakin lantang secara politik. Meskipun secara umum enggan untuk memberikan wawancara, sebuah fitur tahun 2018 di outlet media Austria Kleine Zeitung mengungkapkan niatnya untuk meluncurkan platform media yang disebut "Näher an die Wahrheit," diterjemahkan sebagai "Closer to the Truth."
Niat Mateschitz meluncurkan platform media menjadikannya yang terbaru dalam barisan miliarder di dunia untuk mengembangkan rencana memberikan pengaruh secara politik dan di bidang non-bisnis lainnya.
Mengingat kesuksesannya yang luar biasa sebagai marketing sepanjang karirnya dengan Red Bull, beberapa analis memperkirakan bahwa "Closer to the Truth" akan menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di pasar berita Jerman. Tak heran hari ini ia menjadi salah satu dari 100 orang terkaya di dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: