Sempat Disetop, Rezim Netanyahu Kembali Mau Dirikan Ribuan Rumah
Israel kembali menyetujui pembangunan lebih dari 1.300 hunian warga Israel di kawasan Tepi Barat pada Rabu (14/10/2020) waktu setempat.
Padahal, Israel sempat menghentikan proyek pembangunan pemukiman di Tepi Barat, saat negaranya meresmikan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain pada September lalu.
Baca Juga: Jihad Islam Palestina yang Disponsori Iran Ancam Israel...
Palestina jelas geram atas keputusan Israel membangun pemukiman di daerah yang dicaploknya dari Palestina ini.
"Kami mendesak komunitas internasional secepatnya turun tangan. Hentikan kegilaan pemukiman yang menghancurkan setiap peluang untuk proses perdamaian sejati ini," kata Nabil Abu Rudeineh, Juru Bicara Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dikutip Reuters, Rabu (14/10).
Setelah persetujuan membangun 1.313 unit rumah di Tepi Barat, Israel juga telah merencanakan penambahan jumlah unit rumah sebanyak 853 unit rumah. Hanya saja rencana itu belum mendapat persetujuan.
Lembaga pemerhati pemukiman Israel, Peace Now mengatakan, komite yang bertugas di bidang pemukiman ini bahkan akan menambahkan lebih dari 4 ribu unit rumah ke depannya.
Sebagian besar negara di dunia sebenarnya memandang pemukiman Israel yang telah dibangun di daerah pendudukan di tahun 1967 dalam Perang Timur Tengah ini merupakan langkah ilegal. Bahkan menjadi penghalang untuk bisa berdamai dengan Palestina.
Di pemukiman Beit El sendiri akan dibangun 350 unit baru dan ini dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa. Peace Now juga menyebutkan, komite perencanaan Administrasi Sipil Israel di Tepi Barat siap bergerak maju atas proyek pembangunan rumah tersebut. Proyek ini setidaknya akan membangun 4.430 rumah pemukim baru.
Keputusan pembangunan ribuan rumah itu menuai kecaman di kalangan warga Palestina. Peace Now menilai, persetujuan Israel atas pembangunan tanda Israel menolak keberadaan Palestina. Bagi mereka, ini berarti Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang bergerak cepat untuk mencaplok Tepi Barat.
Pada 15 September lalu, Netanyahu, Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani menandatangani Abraham Accord, sebagai kesepakatan dibukanya hubungan diplomatik ketiga negara di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: