Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo belakangan ini tengah menjadi pusat perhatian usai mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Ia semakin hangat dibincangkan saat adanya aksi KAMI di Surabaya yang sempat dibubarkan oleh kepolisian tepat saat Gatot Nurmantyo memberikan pidato.
Baca Juga: Gatot Nurmantyo: Dibilang Kadrun atau Pengkhianat, Allah Tau yang Saya Lakukan
Namun menurut Gatot Nurmantyo, pada awalnya ia tak bermaksud mendirikan organisasi KAMI. Hal itu diungkap pula dalam akun Youtube Karni Ilyas Club pada Jumat 16 Oktober 2020 seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com.
Gatot mengaku bahwa sebenarnya ia ingin menjadi ayah dan suami yang baik bagi keluarganya. Sebab saat meraih sejumlah jabatan dalam dunia militer sebelumnya, Gatot menyatakan bahwa ia jarang berada di tengah-tengah keluarga.
"Singkatnya saya sangat berutang dan dapat dikatakan sebagai orang tua dan suami yang tidak banyak mempunyai perhatian terhadap anak dan istri saya karena saya sejak Letnan saya tugas operasi yang bergilir. Bukan bergilir jadi saya pulang, berangkat lagi," ujarnya.
Bahkan pada hari pernikahannya, Gatot hanya beberapa jam bersama istrinya sebelum kembali berangkat untuk melaksanakan tugas.
"Sampai saya orang lain bulan madu saya hanya menikah, malam selesai jam empat pagi sudah berangkat lagi. Saya punya anak satu pun anak saya berumur enam bulan saya baru tahu, hanya ketemu satu hari saya pergi lagi," tambahnya.
Kondisi itu membuat Gatot berjanji kepada diri sendiri bahwa ia akan membalas perhatian yang sempat tertunda kepada keluarga usai pensiun dari dunia militer.
"Makanya saya diam, tapi dalam perenungan saya, saya melihat bahwa Allah SWT memberikan begitu banyak kepada saya. Baik pangkat, jabatan dan lain sebagainya. Akhirnya saya merenung untuk apa ini," ujarnya.
Dalam perenungan, terdapat hal-hal yang menggelitik Gatot mengenai kondisi bangsa Indonesia saat itu.
"Pada saat itu RUU HIV dan kondisi bangsa yang sedang dialami oleh dua yang sangat sensitif dan penuh perhatian yaitu Covid-19 sama ekonomi. Di situlah saya teringat bahwa saya pernah bersumpah dan teman-teman saya juga pernah semuanya, kemudian prajurit TNI dan Bhayangkara Polri yang dia dilantik sebagai kepolisian sebelum tahun 2002," tambahnya.
Sumpah yang ia maksud yakni setia kepada Negara Republik Indonesia beserta Pancasila yang berdasar pada UUD 1945.
"Dan itu sumpahnya kepada pribadi bukan Letnan Gatot, itu pribadi itulah yang menyebabkan saya ternyata masih punya utang ke negara, pada sumpahnya juga terhadap Allah SWT," ujar Gatot.
Kemudian, ia mengajak beberapa orang untuk melakukan diskusi selama tiga bulan lamanya. Salah satunya yaitu Din Syamsuddin.
"Akhirnya kita harus menyuarakan ini, ada organisasi yang menyuarakan ini agar suara ini didengar. Itulah latar belakang lahirnya KAMI," tuturnya.
Baru-baru ini KAMI pun telah memberikan 8 tuntutan kepada Pemerintah Indonesia. Seperti penanganan virus corona (Covid-19) yang dinilai oleh pihaknya kurang maksimal.
Faktor pendorong lahirnya tuntutan tersebut, menurut Gatot didasari oleh suara hati nurani rakyat yang menjadi fokus utama dalam pergerakan KAMI.
"KAMI itu lahir setelah tiga bulan kita diskusi dengan kelompok-kelompok kemudian yang intinya bahwa tuntutan yang ingin kami sampaikan itu adalah suara hati nurani rakyat, apa yang bener-bener dirasakan oleh rakyat," ujarnya.
Tak main-main, Gatot pun kerap mendiskusikan suatu permasalahan sebelum 'melemparkannya' kepada Pemerintah Indonesia.
"Jadi semua tuntutan-tuntutan yang ada itu adalah kami belajar masalah, kemudian kita diskusikan dengan data-data yang ada dan memang seperti adanya ini. Menyuarakan suara hati nurani rakyat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami