Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pilpres AS Memang Penting, tapi 'Pemain Sejati' untuk Asia Tenggara Tetap China

        Pilpres AS Memang Penting, tapi 'Pemain Sejati' untuk Asia Tenggara Tetap China Kredit Foto: Reuters/Denis Balibouse
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Secara geopolitik, keberadaan AS memanglah penting, tetapi China adalah "pemain sesungguhnya" dalam hal bisnis untuk Asia Tenggara, menurut pendiri konsultan risiko politik. Hal itu diungkap Karim Ruslam saat ditanya apakah Asia Tenggara lebih memilih calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden untuk memenangkan pemilihan.

        "Cukup jelas bahwa China jauh lebih penting daripada AS," ujar Karim Raslan dari KRA Group dikutip dari CNBC International di Jakarta, Kamis (5/11/2020).

        Baca Juga: Perkenalkan Zhang Zetian, Istri Cantik Bos JD.com Sekaligus Miliarder Termuda di China

        Sejatinya, menurut Karim Ruslan, orang Asia Tenggara tidak terlalu peduli karena mereka telah mengalami ledakan besar dalam perdagangan bilateral dengan China.

        "AS adalah tontonan. Ini penting untuk geopolitik, tetapi permainan nyata dalam hal bisnis adalah China." lanjutnya.

        Raslan mencatat bahwa Asia Tenggara adalah grup perdagangan terbesar di China, melampaui AS dan Uni Eropa tahun ini.

        "Saya pikir apa yang harus kita ingat adalah bahwa persepsi kekuatan AS, pengaruh AS, telah sangat berkurang," katanya.

        Saat ditanya apa yang bisa ditawarkan Amerika ke Asia Tenggara, Raslan menunjuk pada berlanjutnya masuknya Indonesia dalam Generalized System of Preferences, yang membebaskan bea atas produk dari negara berkembang.

        Dia mengatakan investasi Amerika, dari Facebook untuk Bukalapak, atau dari Google untuk Gojek, tidak seberapa dibandingkan dengan China.

        "Angka-angka ini kalah dengan investasi China dalam peleburan nikel di kawasan timur Indonesia," kata Raslan. "Seperti yang saya katakan, miliaran dolar AS telah dipompa ke sana."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: