Wacana pemecatan Fadjroel Rachman mengemuka setelah Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko mengatakan tidak semua pejabat bisa mewakili Istana Kepresidenan.
Moeldoko menegaskan bahwa cuma ada tiga pejabat yang mewakili Istana Kepresidenan yakni Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Menanggapi hal itu, pakar hukum tata negara, Refly Harun menyambut baik pernyataan Moeldoko karena selama ini komunikasi di lingkungan Istana Kepresidenan sangat kacau. Sebab, banyak orang-orang yang seolah-olah mengatasnamakan atau mewakili Istana. Posisi Juru Bicara Presiden yang diangkat secara resmi yakni Fadjroel Rahman juga jadi tanda tanya. Sebab, Moeldoko cuma menyebut ada tiga pejabat saja yang mewakili Istana Kepresidenan.
Baca Juga: Jalan Bil Mandalika Diduga Sarat Kolusi dan Gratifikasi, Tender Proyek Didesak untuk Dibatalkan
"Apakah istana sama presiden berbeda? Tidak, karena istana itu adalah representasi dari presiden dan presiden adalah istana. Sebab, kita sistem pemerintahan presidensial," kata Refly dikutip dari Youtube-nya berjudul Fadjroel Rachman Dipecat Moeldoko? pada Minggu, 15 November 2020.
Anehnya lagi, kata Refly, ada juga Juru Bicara Wakil Presiden. Padahal, dalam sistem pemerintahan presidensial itu tidak diperlukan statemen Wakil Presiden. Harusnya, Wakil Presiden menyuarakan kebijakan istana atau kebijakan presiden dalam sebuah sistem presidensial.
"Jadi kalau bicara presiden itu tidak hanya pribadi, tapi melekat pada dirinya lembaga, yaitu kepresidenan. Jadi istana itu melingkupi presiden dan wakil presiden serta suporting system di istana sendiri, yaitu Setneg, KSP, dan Setkab," jelas dia.
Untuk itu, Refly berharap kekacauan komunikasi di lingkungan Istana bisa diatasi setelah ditegaskan oleh Moeldoko. Karena, Refly terus terang miris jika melihat juru bicara Istana ketika berdebat seolah-olah mewakili suara istana tapi sesungguhnya itu hanya pikiran mereka sendiri.
"Yang mereka sampaikan adalah pikiran sendiri, sikap mereka sendiri bukan sikap resmi istana. Kalau juru bicara saja, tidak perlu berdebat mereka, tidak perlu membantah kritik dari lawan bicaranya," ujarnya.
Jubir Kepresidenan, Fadjroel Rachman juga bicara soal ini. Bedanya, dia bicara di dunia maya saat menimpali cuitan wartawan senior Uni Lubis di akun @unilunis yang memajang berita Moeldoko soal hanya tiga orang yang berhak mewakili Istana itu.
Kepada Uni, Fadjroel mengamini pernyataan Moeldoko. Bahwa hanya tiga orang yang pernyataannya bisa mewakili Istana. Jubir, tidak.
"Betul yang disampaikan Pak Moeldoko @KSPgoid. Karena TUPOKSI saya sebagai SKP bidang komunikasi/@JubirPresidenRI hanya menyampaikan/mengomunikasikan/menjabarkan arahan/pidato/kebijakan Presiden @jokowi kepada publik (audience)," cuit Fadjroel.
Baca Juga: Marah Lihat KAMI Dkk Diborgol, Demokrat: Shame On You Fadjroel Rachman, Pramono Anung!
Lalu, Fadjroel disambar warganet lain. "Kalau di Twitter apa yang membedakan cuitan pribadi atau sebagai jubir presiden bang," tanya Andre Agusta Rahman.
Fadjroel menjawab, "Kalau ada tanda FR itu pribadi. Kalau ada hestek #jubir itu resmi. Tapi, untuk akun official, silakan ikuti @JubirPresidenRI," begitu jawaban Fadjroel sambil menambahkan kode FR.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: