Analis politik dari Universitas Pamulang (Unpan) Lukman Hakim mengaku terkejut saat dimintai pendapat mengenai hasil survei Indikator Politik Indonesia yang mengungkapkan temuan terbaru dimana pasangan Muhamad - Rahayu Saraswati telah menyalip pasangan petahana dan memenangkan pilkada Tangsel, jika pencoblosan dilaksanakan saat survei dilakukan. Baca Juga: Pengamat: Gaya Pemimpin Represif Tak Dikenal di Tangsel
Lukman mengaku mengikuti betul perkembangan kontestasi di Tangsel, bahkan sebelum mengerucut menjadi tiga pasangan kandidat. Karena itulah Lukman terkejut melihat hasil survei Indikator yang dirilis hari ini, Selasa (17/11/2020).
"Pasalnya, tidak ada peristiwa berarti yang menimpa salah satu kubu kontestan yang memungkinkannya turun drastis atau naik drastis elektabilitasnya," ujarnya.
Yang lebih mengejutkan lagi, ujar Lukman, Muhamad sempat lama vakum dan tak mengikuti tahapan kampanye karena sakit. Bahkan karena sakitnya, mantan Sekda Tangsel itu sampai tak sanggup mengikuti penetapan nomor urut pasangan calon, 24 September lalu. Muhamad baru muncul ketika Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Tangsel menggelar debat kandidat, 16 Oktober lalu.
Lukman juga menyinggung hasil survei Agustus yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Menurutnya bisa dibilang SMRC ini seniornya Indikator, walau berbeda lembaga tapi satu sama lain saling berkelindan. Dalam rentang 18 sampai 23 Agustus, SMRC menempatkan pasangan Benyamin-Pilar di posisi teratas dengan 39,3 persen, sementara pasangan Muhamad-Saras sekadar mendapatkan 20,8 persen. Selisih kedua pasangan di survei SMRC ini adalah sebesar 18,5 persen.
Sementaar di bulan yang sama, Indikator turun survei namun hasilnya sangat jauh berbeda. Turun lapangan dari 27 Juli sampai dengan 1 Agustus, Indikator menemukan elektabilitas Benyamin Pilar sebesar 27,8 persen dan Muhamad - Saraswati sebesar 22,6 persen. Selisih keduanya hanya terpaut 5,2 persen.
"Jadi ini dua lembaga, satu poros, turun di bulan yang sama, hasilnya satu sama lain berbeda. Mana yang mau dipercaya? Keduanya sama-sama group Saiful Mujanilah begitu kira-kira," ujarnya.
Lukman menegaskan, hasil survei SMRC hasilnya berdekatan dengan hasip survei beberapa lembaga lain, intinya selisih antara Benyamin dengan Muhamad sebesar dua digit. Hanya satu lembaga yang menemukan selisih keduanya satu digit yaitu indikator politik.
"Jadi kalau kemudian survei bulan November ini Indikator menyatakan Muhamad sudah menyalip Benyamin sepertinya rasional, karena selisih sebelumnya hanya 5,2 persen tapi justru di situ pertanyaan kritisnya," ungkap alumni Fakultas Ushuluddin IAIN Ciputat ini.
Pertanyaan kritis lain yang layak disampaikan adalah peristiwa apa yang membuat Muhamad-Saraswati menyalip Benyamin-Pilar. Apakah Benyamin dan Pilar Saga tidak turun blusukan? Apakah mereka tidak punya jaringan? Apakah mereka tidur-tiduran? Kalaupun ada serangan yang ditujukan khusus ke paslon itu, nyatanya tidak menjadi discourse publik dan soal serangan ini sesungguhnya kalau melihat berbagai group dimana buzzer para paslon bertempur, posisinya seimbang saja. Isu korupsi dilawan pake isu korupsi, isu kebohongan publik juga sama.
"Jadi memang di situ pentingnya tidak mengacu pada satu lembaga survei. Menjadikan hasil survei indikator ini sebagai satu-satunya ukuran untuk mengetahui peta kekuatan di pilkada Tangsel akan membuat kita semua sesat dan tertawa sendiri," ujarnya.
Di sisi lain, Lukman yang pernah menjabat sebagai komisioner KPU Provinsi Banten juga menilai hasil survei Indikator pimpinan Burhanuddin Muhtadi bisa saja bias. Pasalnya, Burhan merupakan mantan pengurus Jaringan Pemilih Tangerang Selatan (JPTS), lembaga yang berseberangan dengan Benyamin Davnie ketika mencalonkan diri sebagai wakil walikota, mendampingi Airin Rachmi Diany sebagai calon walikota.
Keterlibatan Burhan sebagai Juru Bicara JPTS ketika Pilkada Tangsel sebelumnya bisa saja membuat hasil surveinya bias. Kalau googling nama Burhanudin Muhtadi Tangsel, kan pasti keluar itu jejak digital JPTS. Walau kemungkinan ini sulit dibuktikan, namun sebagai pertanyaan kritis bisa saja dikemukakan.
"Namun apapun hasil survei adalah prediksi. Ada masih cukup waktu untuk bekerja. Semua kontestan punya kesempatan bekerja keras, bukan tidak mungkin malah Azizah nanti akan menyalip Muhamad, kalau mampu bekerja dengan taktis," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil