Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Galau, PM Singapura Malah Ajak AS dan China Guyub Bareng

        Galau, PM Singapura Malah Ajak AS dan China Guyub Bareng Kredit Foto: Reuters/Samsul Said
        Warta Ekonomi, Singapura -

        Amerika Serikat (AS) dan China yang tak akur membuat galau negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Keduanya penting dan merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

        Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong berharap, kepemimpinan Presiden terpilih AS Joe Biden bisa merajut kembali hubungan kedua negara yang renggang selama empat tahun belakangan.

        Baca Juga: Singapura Tegakkan Keadilan bagi TKI Parti Liyani, KBRI Angkat Topi

        “Kami harap Joe Biden bisa membangun hubungan yang konstruktif dengan China,” ujar Lee. Dia menyebut, negara-negara di Asia Tenggara tidak akan bisa memilih bekerja sama hanya dengan satu negara saja.

        “Kami lebih suka bekerja sama dengan semua pihak. Kami tidak mau ada lagi perang dingin dalam perdagangan,” ujar Lee kepada Bloomberg, Senin (16/11/2020).

        Selama kepemimpinan Presiden Donald Trump, Negeri Paman Sam itu terlibat dalam serangkaian ketegangan dengan China. Mulai dari perang dagang, saling usir diplomat hingga mengusir mahasiswa asing.

        “Kami ingin bekerja sama dengan AS yang kuat. Kami juga tidak mau China dikucilkan,” sambungnya.

        Menyangkut hal ini, Biden mengatakan, pihaknya perlu bernegosiasi dengan sekutu untuk menetapkan aturan perdagangan global melawan pengaruh China.

        Ditanya pada konferensi pers di Wilmington, Delaware, apakah AS akan bergabung dengan perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan 15 negara yang berfokus pada Asia, Biden mengatakan, belum dapat membahas kebijakan perdagangan AS karena dia belum menjabat.

        “Kami membentuk 25 persen ekonomi di dunia,” kata mantan Wakil Presiden AS itu.

        “Kita perlu selaras dengan negara demokrasi lain, 25 persen lainnya atau lebih, sehingga kita dapat menetapkan aturan alih-alih membuat China dan lainnya mendikte hasil,” sambungnya.

        Penandatanganan RCEP pada KTT ASEAN secara daring dilakukan di Hanoi, Vietnam pada 15 November 2020, menciptakan perjanjian perdagangan terbesar di dunia, yang mencakup 30 persen ekonomi global dan 30 persen populasi global.

        Dalam RCEP, juga bergabung untuk pertama kalinya kekuatan Asia: China, Jepang dan Korea Selatan. Hal ini juga menandai kemunduran pengaruh AS di kawasan itu setelah Trump pada 2017 keluar dari pakta perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) 12 negara, yang dinegosiasikan saat Biden menjadi wakil presiden.

        Biden mengatakan, dia memiliki rencana perdagangan terperinci yang akan didiskusikan pada 21 Januari 2021, sehari setelah dirinya dilantik. Anggota TPP termasuk Jepang dan banyak pendukung perdagangan bebas telah menyatakan harapan, agar Biden bergabung kembali dengan pakta perdagangan itu.

        Namun Biden tidak banyak bicara tentang masalah ini. Para penasihat Presiden terpilih AS itu mengatakan, Biden tidak akan segera menghapus tarif atas barang-barang China.

        Dia mengatakan, AS akan berinvestasi pada pekerja Amerika dan membuat mereka lebih kompetitif, memastikan bahwa kepentingan tenaga kerja dan lingkungan terwakili dalam setiap negosiasi perdagangan baru.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: