Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Permintaan Minyak Membaik, ICP Naik Jadi US$40,67 per Barel

        Permintaan Minyak Membaik, ICP Naik Jadi US$40,67 per Barel Kredit Foto: Reuters/Ernest Scheyder
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada November 2020 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan formula ICP, harga rata-rata pada bulan lalu sebesar US$40,67 per barel atau naik US$2,60 per barel dari US$38,07 per barel pada Oktober 2020.

        Peningkatan harga ICP ini sejalan dengan kondisi harga minyak mentah utama di pasar internasional di antaranya West Texas Intermediate (WTI) yang naik dari US$39,55 per barel menjadi US$41,35 per barel. Demikian pula dengan jenis Brent yang juga mengalami kenaikan dari US$41,52 per barel menjadi US$43,98 per barel.

        Baca Juga: ICP Oktober 2020 Naik Tipis Jadi US$38,07 per Barel

        Tim Harga Minyak Indonesia memaparkan, peningkatan harga minyak mentah Indonesia disebabkan membaiknya kondisi permintaan minyak di kawasan Asia Pasifik. Dikatakan bahwa perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada November naik disebabkan oleh beberapa faktor.

        Salah satunya hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat yang berdampak pada sentimen positif bagi para investor. Selain itu, berdasarkan laporan EIA, stok distillate di Amerika Serikat pada bulan lalu turun dari 156,2 juta barel menjadi 142,6 juta barel. Volume stok ini merupakan yang terendah sejak April 2020.

        Kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional juga dipengaruhi laporan OPEC bulan lalu. Pertama, pasokan minyak dari negara-negara Non OPEC diproyeksikan lebih rendah dari perkiraan bulan sebelumnya.

        Selain itu, laporan OPEC juga menyebutkan adanya kenaikan margin kilang pada hampir seluruh kilang di dunia, terutama untuk kilang di wilayah Eropa, Asia, dan Amerika. Kemudian proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 di Amerika, Brazil, dan negara-negara kawasan Eropa lebih tinggi dibandingkan proyeksi pada publikasi sebelumnya.

        Faktor lainnya adalah pelaku pasar berkeyakinan bahwa negara-negara OPEC akan kooperatif dalam melakukan pemotongan produksi. Pertemuan OPEC di tanggal 30 November-1 Desember 2020 diyakini bahwa pemotongan produksi akan dilanjutkan.

        "Berdasarkan data dari Baker hughes, jumlah operasional oil rig internasional di bulan Oktober 656 unit, kondisi ini turun 46 unit dibanding bulan sebelumnya dan jauh lebih rendah 474 unit dibanding tahun 2019," ujar Tim Harga.

        Lebih lanjut Tim Harga menuturkan, peningkatan harga minyak juga dipengaruhi optimisme pasar setelah informasi perkembangan vaksin Covid-19 oleh para produsen vaksin, yang mengklaim dapat mencapai efficacy rate di atas 90% dan optimisme pasar terhadap peluncuran paket stimulus ekonomi oleh Amerika Serikat.

        Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, kenaikan harga minyak mentah dipengaruhi oleh proyeksi pertumbuhan perekonomian di China yang terus mengalami kenaikan, yaitu 3,2% di triwulan II dan 4,9% di triwulan III dan merefleksikan permintaan minyak yang terus menguat, yaitu 12,85 juta barel per hari di triwulan II, kemudian 12,97 juta barel per hari di triwulan III, dan 13,58 juta barel per hari di triwulan IV tahun 2020.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: