Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Senggol Sikap AS, Ulama Iran: Yesus Kristus Benci Semua Penindasan

        Senggol Sikap AS, Ulama Iran: Yesus Kristus Benci Semua Penindasan Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Ketua Mahkamah Agung (MA) Iran, Ebrahim Raisi mengingatkan, para pencari keadilan di seluruh dunia harus ingat, bahwa Yesus Kristus atau Nabi Isa (Alaihis Salam) tidak senang dengan semua ketidakadilan, korupsi, terorisme oleh negara, dan kekejaman terhadap umat manusia.

        Pernyataan Raisi ini disampaikan hanya beberapa hari menjelang perayaan Natal oleh umat Nasrani di seluruh dunia. Termasuk warga Amerika Serikat (AS) yang mayoritas juga beragama Nasrani, terutama Protestan, Katolik dan Mormon.

        Baca Juga: Negerinya Terus Disanksi, Gak Nyangka Ramalan Iran Ini Tepat di Masa Pemerintahan Biden

        “Yang Mulia Yesus membenci semua penindasan, korupsi, teror, terutama terorisme negara dari rezim Amerika. Andai dia (Yesus) hidup, dia tidak akan mentolerir semua penindasan yang dilakukan terhadap rakyat. Terutama rakyat Palestina dan Yaman yang tertindas,” tegas ulama Syiah itu, Senin (21/12/2020) waktu setempat, seperti dikutip Tehran Times.

        Pesan yang disampaikan Yesus Kristus, lanjut Hakim Senior itu, adalah keadilan, perdamaian dan persahabatan. Sayangnya, ujar Raisi, para penindas ini justru melakukan ketidakadilan atas nama Yesus, yang jelas tak ada hubungannya.

        Menurut laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) yang dirilis 1 Desember diungkap, hampir 250 juta orang tewas dalam perang Yaman. Perang saudara itu juga merusak ekonomi Yaman dan menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini.

        Demikian juga warga Palestina yang masih menjadi objek ketidakadilan selama lebih dari 70 tahun, sejak rezim Zionis Israel didirikan pada 1948.

        Raisi sepertinya mengarahkan kritikannya kepada dua negara yang berperan besar pada krisis di atas. Yakni keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik Israel-Palestina, dan Arab Saudi dalam perang di Yaman. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: