Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Elektabilitasnya OK Capresnya KO, PKS Segeralah Mulai Berbenah!

        Elektabilitasnya OK Capresnya KO, PKS Segeralah Mulai Berbenah! Kredit Foto: Twitter PKS
        Warta Ekonomi -

        Konsistensi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi oposisi tunggal di Senayan berbuah manis. Elektabilitas partai meroket di sejumlah survei. Sayang, hal ini tidak berbanding lurus dengan bursa calon presiden (Capres) potensial dari partai berlogo bulan sabit mengapit padi itu.

        Hal ini diamini Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS, Mardani Ali Sera. Dia memastikan partainya tidak akan melewatkan kontestasi Pilpres 2024. “Insya Allah, tidak lama lagi nama tokoh dari PKS akan muncul,” ujar Mardani kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

        Anggota Komisi II DPR ini tidak menampik besarnya efek dari Pemilu 2019. Misalnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terdongkrak oleh sosok Joko Widodo, dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan Prabowo Subianto.

        Baca Juga: PDIP-Gerindra Tercoreng Korupsi, Demokrat-PKS Ketiban Pulung

        Jokowi dan Prabowo adalah kontestan Pilpres 2019. Kontestasi mereka mendongkrak elektabilitas PDIP dan Gerindra. PDIP menjadi juara, dan Gerindra yang kedua. Sementara PKS, sebagai ‘sekutu Prabowo’ meraih posisi keenam. “Keberadaan tokoh, salah satu pengungkit utama kenaikan suara parpol,” ucapnya.

        Agar moncer di ajang Pilpres 2024, lanjut Mardani, PKS akan mengusung capres tanpa mengubah identitas partai sebagai oposisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin. Beragam perbaikan mesin PKS sedang dilakukan. Salah satunya, merestrukturusasi kepengurusan untuk memenangkan Pemilu 2024. “PKS sedang bekerja merapikan struktur kepengurusan hingga tingkat kelurahan,” ujarnya.

        Hal senada disampaikan Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf. Dia berharap, meroketnya elektabilitas PKS menjelang Pemilu 2024 dapat berbanding lurus dengan bursa capres. “Alhamdulillah, mudah-mudahan bisa menjadi modal yang bagus untuk bursa capres 2024,” ujarnya.

        Dikatakan, siapapun capres yang meroket pada 2021 tidak menjadi penentu utama kemenangan di Pilpres 2024. Patokannya, aturan main mengusung capres alias presidential threshold (Preshold) yang saat ini dibahas di DPR melalui RUU Pemilu.

        Nah, jika Preshold tetap di angka 20 persen, parpol akan dipaksa berkoalisi. “Maka, isu bursa koalisi capres baru akan matang pada akhir 2022 atau awal 2023,” sebutnya.

        Dijelaskan, pada 2021 PKS masih fokus terhadap optimalisasi peran oposisi secara konstruktif di parlemen. Sedangkan para fungsionaris dan pejabat publik dari PKS tetap berkonsentrasi membantu rakyat. “PKS juga akan merekrut tokoh-tokoh terbaik bangsa dari segala lapisan di pusat dan daerah,” pungkasnya.

        Baca Juga: Dear Bu Risma, Ketimbang Blusukan Mending Perbaiki 3 Persoalan Ini

        Seperti diketahui, elektabilitas PKS belakangan ini moncer di sejumah hasil survei terbaru. Salah satu pemicunya adalah konsistensi PKS sebagai partai oposisi tunggal. Misalnya, di survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). PKS berada di posisi empat besar dengan raihan elektabilitas sebesar 5,2 persen.

        Namun, di Survei SMRC itu tidak muncul nama capres dari PKS. Memang, ada nama mantan Presiden PKS, Sohibul Iman. Namun, Sohibul hanya masuk di bawah 20 besar figur, dan skornya 0,0 persen. Sementara Presiden PKS, Ahmad Syaikhu tidak muncul di daftar survei.

        Secara terpisah, Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menganalisa, semua parpol termasuk PKS harus memiliki tokoh yang kuat untuk dijagokan di Pilpres 2024. Tanpa hal itu, akan kalah dengan partai pengusung capres.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: