Hermanto Tanoko Ungkap Perjuangannya Besarkan Cat Avian hingga Miliki 15.000 Karyawan
Hermanto Tanoko adalah putra bungsu pendiri PT Avia Avian. Dalam kanal YouTube Rico Huang, ia membagikan kisah hidupnya. Hermanto merupakan salah satu crazy rich Surabaya asal Malang yang merupakan pemilik Tancorp Abadi Nusantara yang memiliki 15.000 karyawan, 300 brand, 8 sub holding company, 77 company, 50 pabrik dan 130 channel distribusi.
Hermanto Tanoko adalah putra dari pendiri cat Avian, Soetikno Tanoko (Tan Tek Swie) yang awalnya membuka toko cat di Malang, Jawa Timur, pada tahun 1962. Toko kecil itu merupakan cikal bakal dari PT Avia Avian yang memproduksi cat Avian yang kini terkenal.
Baca Juga: Rico Huang Ungkap Penyebab Orang Miskin Susah Jadi Kaya Raya, Apa Tuh?
Sejak usia 5 tahun, dalam video bersama Rico Huang, Hermanto Tanoko mengaku sudah diajarkan untuk berbisnis dan berinvestasi. Setiap mendapatkan angpao dari perayaan Imlek, Hermanto akan diarahkan oleh orang tuanya untuk membelanjakan angpau yang ia dapat untuk membeli beberapa barang yang harganya akan naik, mulai dari terigu, biskuit, telur dan sebagainya. Sejak itulah, ia akrab dengan pertumbuhan harga dari berbagai barang.
Karena itu, saat ia menjual telur bebek yang keuntungannya 1 rupiah, Hermanto mengaku segan karena harus menjual 10 telur bebek untuk memakan 1 telur. Di usia sekecil itulah Hermanto sudah paham sulitnya mencari uang.
Sejak kecil, ia sudah diajarkan untuk berbisnis. Di usia 8-10 tahun, Hermanto bahkan sudah diajak ke toko cat yang dijalankan sang ayah. Saat Hermanto ke toko tersebut, ayahnya memberi tahu berapa keuntungan setiap cat yang dijual. Katanya, ada yang 10% hingga 20% karena agen tunggal beserta apa saja keunggulan produk tersebut. Sehingga, di usia sekecil itu, Hermanto sudah menawarkan kepada pembeli.
Hermanto sendiri mengakui bahwa ia memiliki darah bisnis dari orang tuanya, ditambah pula dengan pola didik orang tuanya yang mengajarkan sejak dini.
Saat ia berusia 14 tahun, ia diberi tantangan oleh orang tuanya untuk mengelola apotek. Setelah apotek tersebut dibeli, setiap pulang sekolah Hermanto menjaga apotek tersebut sampai malam. Sayangnya, apotek itu sangat sepi karena banyak obat yang kosong. Padahal, ia memiliki 15 karyawan dan hanya satu resep yang datang per hari.
Akhirnya, Hermanto keliling ke apotek yang ramai hingga ia bertekad untuk menjadikan apotek yang dikelolanya menjadi apotek No. 1 di Malang.
Dengan berkeliling mempelajari apotek-apotek yang ramai, Hermanto mencatat berapa margin yang dan keuntungan yang didapat dari setiap obat. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk meminta tambahan modal dari sang ayah agar bisa membeli obat secara cash.
Saat itu, membeli obat secara cash bisa mendapat diskon 15-20% dari PBF (Pabrik Besar Farmasi) pada tahun 1976. Dari diskon itulah Hermanto mendapatkan untung dan menjual obat dengan harga murah dan gratis ongkos kirim bagi resep yang obatnya kosong agar bisa dicarikan dahulu.
Tak butuh waktu lama, dalam kurang dari satu tahun, apotek tersebut ramai sekali hingga Hermanto menggambarkan bahwa ia tidak bisa duduk saking ramainya.
Rico Huang pun bertanya, keberanian dari mana seorang anak 14 tahun untuk mengelola apotek?
Hermanto pun menjawab bahwa ia memang sudah dibina oleh orang tuanya sedemikian rupa. Ia bahkan bekerja di apoteknya sendiri dengan cara yang profesional dan tidak boleh absen setiap harinya. Ia mengingat pernah mengerjakan PR sambil menjaga apotek. Ayahnya pun marah karena seharusnya ia bekerja. Dari sanalah Hermanto mendapatkan pelajaran yang berharga.
"Waktu itu pelajaran yang paling pahit dan paling saya ingat. Jadi, kalau memang mau bekerja, roh kita harus di sana dan kita harus fokus membesarkan perusahaan." ujar Hermanto Tanoko.
Hermanto juga mengakui kerasnya didikan dari orang tua. Setelah ia mendapatkan keuntungan, orang tuanya juga mengajarkan untuk berinvestasi emas. Mulai dari 50 gram hingga emas yang dikumpulkan bisa ditukar untuk menjadi 1kg di usia 15 tahun.
"Itu emas 1 kilo saya buat tidur dulu sebelum kasih ke papa," ujarnya tertawa.
Hermanto juga mengungkap bahwa ia sudah mandiri sejak remaja. Mulai dari uang sekolah hingga membeli sepeda motor pun sendiri.
Pada usia 20 tahun, Hermanto sudah diminta sang ayah untuk membantu membesarkan cat Avian. Dari toko cat tahun 1962 hingga tahun 1978 masuk ke pabrik cat dengan 18 karyawan. Saat itu masih home industry. Dan Hermanto bergabung dengan perusahaan sang ayah pada tahun 1982 bulan Desember dan efektif pada tahun 1983.
Hermanto mengaku kaget saat pertama kali bergabung karena tidak ada laboratorium. Semua pengerjaan cat masih sangat tradisional dan ala kadarnya.
Karena itulah saat awal bergabung, Hermanto langsung mengajukan pembuatan laboratorium dan merekrut ahli kimia. Ia merapikan semuanya dan memperkuat bagian Research dan Development (R&D).
Karena sejak kecil sudah terbiasa memikirkan cara untuk menjadi No. 1, Hermanto juga memperlakukan yang sama kepada perusahaan ayahnya, cat Avian untuk menjadi perusahaan cat terbesar No. 1 di Indonesia.
Sejak itu, laboratorium dan ahli kimia yang direkrut Hermanto dipersiapkan untuk terus tumbuh dan berkembang agar tujuannya tercapai. Hingga 40 tahun cat Avian berdiri, Avian pun sukses seperti sekarang. Jadi, bisa dibayangkan mulai dari home industry dan bersaing dengan perusahaan cat dunia, Avian kini menjadi cat lokal terbesar di Indonesia. Dari Avian, Hermanto Tanoko pun mulai merambah bisnis lainnya dan memulai dari akuisisi bisnis lain.
Sejak awal membesarkan Avian, Hermanto fokus kepada konsumen. Hermanto ingin konsumen puas kepada produk perusahaannya. Mulai dari harga yang lebih baik dan kualitas yang sama dengan pesaing, hingga harga yang sama dengan pesaing tetapi kualitas lebih tinggi.
Pabrik Avian pun sudah terintegrasi sehingga semua pengerjaan catnya sangat efisien dan relatif murah. Karena itulah, Hermanto bisa memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Selain itu, peran sang ayah dalam perjalanan bisnisnya sungguh luar biasa. Karena itulah ayahanda Hermanto merupakan sosok yang paling dekat dengannya. Hermanto bercerita bahwa ia tidur dengan orang tuanya hingga berusia 12 tahun.
Setiap malam menjelang tidur, Hermanto selalu mendengarkan kisah ayahnya. Bagaimana ayahnya sudah menjadi kepala keluarga sejak usia 14 tahun, menjadi petani, bekerja sejak jam 5 pagi hingga 10 malam, semua itu dilakukan ayahnya demi anak cucunya.
Hermanto menganggap hal itu sangat luar biasa. Karena, ayahanda tak hanya sibuk kepada pekerjaan tetapi juga tetap bisa meluangkan waktu untuk anaknya setiap malam. Bahkan, ketika Hermanto bekerja sampai jam 10 malam. Makan malam pun ditunda hingga Hermanto pulang dan keluarganya makan malam bersama.
Karena itulah baktinya kepada sang ayah tak putus hingga sekarang. Untuk diketahui, ayahanda Hermanto telah lama sakit dan kerap kali menunggu kedatangan Hermanto sampai tak mau makan.
Perjalanan bisnis Hermanto Tanoko pastinya tidak mudah. Banyak perjuangan dan lika liku di dalamnya. Seperti pada tahun 1988, tahun kelima ia bekerja di Avian, Hermanto beserta ayah dan kakaknya berinvestasi pada beberapa bidang yang mereka tak mengerti. Dari situ, setelah perusahaan berjalan, mereka akhirnya sadar bahwa mereka harus fokus kembali ke cat.
Mereka pun memutuskan kalau masih berhubungan dengan cat, maka bisa untuk berinvestasi. Tetapi jika bidang yang terlalu jauh dari bidang cat, salah satu dilepas oleh mereka. Pengalaman itu mengajarkannya bahwa tidak boleh serakah.
Satu hal besar yang membuat Avian sukses hingga sekarang adalah dalam keadaan krisis seperti apapun, tidak ada utang yang tidak bisa dibayar. Karena reputasi adalah nomor satu, sang ayah berpesan bahwa untuk menjadi pebisnis hal utama yang harus dimiliki adalah integritas. Harus bisa dipercaya.
Jika ada kesulitan membayar sesuatu, tetapi sudah berkomitmen, maka harus lakukan apapun untuk membayar itu. Jangan jadikan kesusahan sebagai alasan. Hermanto pun mengungkap siklus perusahaannya yang sehat dari utang.
"Jadi, jika perusahaan mulai dari kecil itu biasanya pakai uang sendiri. Nah, kalau perusahaan itu sudah bisa memberikan pertumbuhan yang positif, bagus dan memiliki pendanaan, pihak bank yang memberikan tetapi harus sudah bisa membayar bunganya sehingga perusahaan bisa berkembang lebih cepat. Setelah bertumbuh lebih besar lagi dan sudah mandiri, akhirnya invetasi tak perlu terlalu besar sehingga pinjaman bisa berkurang sampai akhirnya tak memiliki pinjaman sama sekali. Jadi, ini siklus yang sehat," ujar Hermanto.
Selain mengelola bisnis cat Avian, Hermanto juga memiliki usaha dengan motivator dan pengusaha, Tung Desem Waringin, berupa hotel bintang lima bernama Voza Hotel besera Office Tower-nya dibangun dengan dana Rp1,8 triliun.
Bahkan, Presiden Joko Widodo sudah 2x menginap di hotel mewah tersebut dan bertemu dengan Hermanto hingga 4x. Setelahnya, Sekretaris Presiden mengirimkan ulasan betapa puasnya Presiden Jokowi dengan pelayanan di Voza Hotel. Hal ini menjadi kebanggaan bagi Hermanto dan tim di Voza Hotel.
Rico Huang pun bertanya apa 3 hal yang akan diajarkan Hermanto jika Rico Huang adalah anaknya. Berikut jawabannya!
1. Passion
Hermanto menjawab bahwa ia akan melihat passion anak itu terlebih dahulu dan mengembangkan kompetensi di bidang passion tersebut agar bisa menjadi sosok yang No. 1 di bidang tersebut.
Jika passion-nya adalah menjadi dokter dan suka menolong orang, Hermanto akan mengarahkan untuk mendirikan rumah sakit sehingga rumah sakit itu bisa menggurita dan memberikan dampak yang luar biasa kepada masyarakat.
2. Innovator
Setelah memiliki visi dan misi di bidang passion tersebut, harus bisa menjadi innovator yakni inovasi apa yang bisa dijual dibandingkan dengan kompetitor yang ada. Jadi, tidak boleh hanya sebagai 'follower'. Jika mendidik, Hermanto mengakui bahwa ia akan mengarahkan sebagai pengusaha karena sudah menjadi bidang yang ia jalani.
3. Visi
Untuk membangun visi, cukuplah hanya sampai 10 tahun. Karena dunia sangat cepat berubahnya. Setelah 10 tahun, mungkin akan ada ide yang lebih luar biasa lagi hingga membangun visi untuk 10 tahun lagi karena dunia cepat mengalami perubahan.
Untuk memberantas kemiskinan di Indonesia, Hermanto memiliki tujuan hidupnya sendiri yaitu dengan menciptakan 1 juta pengusaha melalui bisnis-bisnisnya yang sudah berjalan. Jadi, sudah semestinya menjadi pengusaha dapat membantu mengurangi kemiskinan di Indonesia.
Sementara itu, pebisnis atau karyawan di mata Hermanto ada 3 level jenisnya, yaitu:
1. Profit oriented
Profit oriented adalah berorientasi kepada keuntungan yang menjadi pebisnis atau karyawan level 1. Jika bekerja, orang-orang seperti ini hanya akan fokus pada jam kerja sekian. Dia tidak akan berpikir ekstra atau melebihi dari apa yang bisa ia berikan.
2. Passion oriented
Passion oriented di level dua berarti orang tersebut memiliki gairah dari sesuatu yang ia kerjakan. Pebisnis atau karyawan yang bekerja karena passion akan menghasilkan kinerja yang luar biasa karena dia tidak mengenal waktu dan lelah atas dasar suka atas pekerjaan ini. Biasanya, pekerja dan pebisnis di level 2 ini memiliki jenjang karir yang bagus karena keuntungan akan mengikuti.
3. Purpose oriented
Di level ketiga ada purprose oriented yakni berorientasi pada tujuan. Mereka cenderung memiliki hati yang mulia memikirkan bagaimana semua tim di bawah naungannya bisa bahagia tanpa memikirkan dirinya sendiri. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, maka level 1 dan level 2 akan mengikuti secara otomatis.
Hermanto pun mencontohkan bagaimana hari ini Indonesia memiliki decacorn yang bermula dari memikirkan kesenangan driver dan konsumen. Mereka adalah contoh purpose oriented.
Karena itulah Hermanto mengatakan kepada para karyawannya jika perusahaannya tak bisa menjadi level 3, minimal bisa menjadi level 2 dan meninggalkan level 1.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: