Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bye-Bye Gojek! Sekarang Grab Justru Panen Durian Runtuh Lho, Kok Bisa?!

        Bye-Bye Gojek! Sekarang Grab Justru Panen Durian Runtuh Lho, Kok Bisa?! Kredit Foto: KR Asia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hubungannya dengan Gojek tanpa status, Grab justru dapat durian runtuh. Grab Financial Group, unit bisnis layanan keuangan milik Grab, dikabarkan berhasil mengumpulkan tambahan modal sebesar US$300 juta (Rp4,2 triliun). Seperti diketahui, merger Grab dan Gojek menemui jalan buntu. Hal itu yang membuat Gojek akhirnya melirik Tokopedia.

        Penggalangan dana tersebut dipimpin oleh Hanwha Asset Management, salah satu perusahaan manajemen aset terbesar Korea Selatan, seperti dikutip dari situs Deal Street Asia, Minggu, 10 Januari 2021. Baca Juga: Kabar Merger Gojek-Tokopedia, CIPS: Penggunaan Data Pribadi Konsumen Keduanya Perlu Diatur

        Kesuksesan penggalangan ini menunjukkan bahwa unit bisnis keuangan pesaing Gojek itu mampu mandiri tanpa perlu bergantung pada induk perusahaannya. Grab juga disebut masih jadi pemegang saham mayoritas Grab Financial Group. Baca Juga: Grab Siap Bawa Kasus 'GrabToko' ke Meja Hijau, Karena ....

        Salah satu sumber yang dekat dengan Grab Financial Gorup mengatakan bahwa mereka juga sedang mempertimbangkan mendirikan perusahaan cek kosong (SPAC) untuk mengumpulkan dana segar lebih cepat dan efektif ketimbang lewat pasar swasta. Baik Grab maupun Hanwha Asset Management menolak untuk berkomentar.

        Grab berhasil menggalang dana hampir US$10 miliar (Rp141 triliun) pada tingkat grup sejak 2014 hingga kini. Pada September tahun lalu, muncul laporan bahwa Alibaba sepakat mengucurkan dana sebesar US$3 miliar (Rp42 triliun) untuk Grab. 

        Namun dana tersebut belum cair sampai sekarang. Penyebabnya konflik internal yang dialami Jack Ma, pendiri Alibaba. Lembaga pemeringkat Moody's dan S&P Global, melalui laporan terbarunya yang diterbitkan awal pekan ini, menyoroti tingkat likuiditas Grab.

        Salah satu yang disorot yaitu masih dibutuhkan modal untuk memperkuat bisnisnya di Asia Tenggara mengingat pembicaraan merger antara Gojek dan Tokopedia dianggap lebih serius ketimbang dengan Grab.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: