Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Ketika Wabah SARS Justru Bentuk JD.Com Jadi Raksasa E-Commerce China

        Kisah Perusahaan Raksasa: Ketika Wabah SARS Justru Bentuk JD.Com Jadi Raksasa E-Commerce China Kredit Foto: Shutterstock
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        JD.com Inc atau Jingdong adalah perusahaan raksasa e-commerce China yang memiliki kantor pusat di Beijing. Dahulu dikenal sebagai 360buy, kini JD adalah satu dari dua pengecer daring besar di China berdasar pada volume transaksi dan pendapatan. 

        Perusahaan e-commerce ini menawarkan berbagai produk seperti elektronik, buku, audio, video, dan consumer goods. Sejumlah vendor diberikan lapak di situs web dan aplikasi selulernya yang menyediakan berbagai layanan bernilai tambah termasuk periklanan, pembiayaan, dan pemrosesan transaksi.

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Mulanya Bengkel Sepeda, Peugeot Tumbuh Sebagai Raksasa Otomotif Prancis

        JD telah banyak berinvestasi dalam bidang teknologi tinggi, antara lain artificial intelligence (AI) dan teknologi robot otonom. Karena besarnya JD, ia menjadi pesaing utama Tmall yang dikelola Alibaba dan menjadi anggota Fortune Global 500 peringkat ke-102. 

        Dalam catatan korporasi pemeringkat dunia itu, di tahun 2020, JD membukukan pendapatan tahunan 83,50 miliar dolar AS, dengan peningkatan 19 persen dari tahun 2019. Keuntungan yang didapat JD pun ikut membengkak sejalan dengan pendapatannya, yang mencapai 1,76 miliar dolar. Sementara itu, JD mengelola aset dan ekuitasnya masing-masing 37,28 miliar dolar dan 11,75 miliar dolar.

        Dengan catatan demikian, bagaimana JD.com mendapatkan banyak cuan? Sebagai salah satu yang terbesar di China, berikut ulasan Warta Ekonomi, Senin (11/1/2021) tentang perusahaan raksasa dalam artikel berikut ini.

        Akar perusahaan JD bisa dilihat kembali pada 18 Juni 1998 ketika pemuda China bernama Richard Liu Qiangdong menyewa unit ritel. Dalam memenuhi keinginannya, Liu merogohkocek 12.000 yuan China dari tabungannya hanya untuk mendapatkan ruangan seluas empat meter persegi di pusat teknologi Zhongguancun, Beijing. Di sinilah, Liu mendirikan JD Multimedia. 

        Bisnis milik Liu harus berjuang di tengah wabah SARS saat itu. Namun bukannya menyerah, ia justru memanfaatkan potensi itu untuk menjual produk secara daring. 

        Sebelum masuk ke dunia daring, Liu memiliki 12 toko fisik di Beijing. Di tokonya itu kebanyakan menjajakan barang elektronik seperti CD dan camcorder. Karena muncul wabah SARS, Liu mau tidak mau menutup semua toko dan menyisakan hanya satu toko saja. 

        Di 2003, SARS kala itu menjadi malapetaka bagi warga Beijing secara khusus. Banyak toko-toko tutup dan bisnis menjadi melambat. Di samping itu, tahun ini e-commerce baru mulai muncul di China. 

        Atas dasar itu tahun 2004, Liu secara resmi mengubah JD Multimedia dengan JD.com Multimedia Network. Untuk menyesuaikan dengan kondisi, bisnis batu bata dan mortirnya ditutup, dan sebagai gantinya JDlaser.com pun diluncurkan.

        Melaju ke tahun 2007, JD mulai membangun jaringan logistik milik perusahaan. Dengan mengelola setiap langkah rantai pasokan, JD juga memastikan pengiriman ke pelanggan benar-benar terjadi. Tujuannya adalah memastikan pengalaman pelanggan yang unggul.

        Juga di tahun 2007, Liu mengubah nama domainnya menjadi 360buy.com. Lantas ini sejalan dengan perubahan nama perusahaan menjadi Jingdong Mall. 

        JD Mall mulai menawarkan barang dagangan umum. Ia lantas turut mengubah bisnis dari pengecer elektronik menjadi platform e-commerce yang relatif lengkap pada saat itu. 

        Perubahan cukup besar mulai dicatatkan JD pada dekade 2010-an. Mulai awal 2010, JD meluncurkan kembali lapak pasar daringnya yang memungkinkan perusahaan memperluas pilihan produk bagi konsumen. Tahun 2013, JD mencatatkan 125,5 miliar yuan China (20,7 miliar dolar) di GMV, melebihi 100 miliar yuan. 

        Masih di tahun yang sama, JD Finance kemudian didirikan sebagai grup usaha independen. Tujuannya yaitu memberikan akses cepat ke kredit untuk konsumen. Ini menyediakan kredit konsumen, manajemen aset, crowd funding, solusi pembayaran dan pembiayaan rantai pasokan. JD Finance meluncurkan produk kredit internet pertama di China, Baitiao, yang memberikan opsi 'beli sekarang, bayar nanti' kepada konsumen.

        Langkah jauh JD kemudian terlihat dari kemitraan strategis dengan Tencent, memberikan JD akses eksklusif ke platform WeChat dan Mobile QQ Tencent, dimulai Maret 2014. JD dinobatkan menjadi perusahaan e-commerce besar pertama di China yang terdaftar di bursa saham NASDAQ New York, di bawah ticker 'JD.'

        Juli 2014, JD Finance meluncurkan platform crowdfunding terbesar di China.

        Pada bulan Oktober, pusat logistik perusahaan yang paling canggih dan otomatis, Gudang Nomor 1 Asia di Shanghai, mulai beroperasi.

        Pada bulan Maret 2015, JD Finance meluncurkan layanan pembiayaan ekuitas swasta terbesar di China untuk membantu menarik investasi bagi perusahaan baru. Pada bulan April, JD meluncurkan JD Worldwide, platform e-commerce lintas batas untuk memberi konsumen China akses yang lebih besar ke produk impor.

        Jingteng Plan diluncurkan JD sejalan dengan kerja samanya bersama Tencent di tahun 2015. Ini merupakan sebuah portmanteau dari nama kedua perusahaan, yang akan memberi pedagang solusi lengkap untuk membangun merek dan mempromosikan efektivitas pemasaran dengan menghubungkan data konsumsi JD dengan data sosial Tencent. JD menyediakan belanja daring dan mengklaim "harga rendah otentik dan jaminan kualitas" dan "pelanggan pertama".

        Jingteng Plan telah membuat kemajuan dalam tiga bidang: JD memiliki 170 juta pengguna platform e-commerce, dan Tencent memiliki pengguna WeChat dan QQ seluler terbesar di China. Rencana tersebut mengintegrasikan data perilaku konsumen dan data sosial. Jingteng Plan mengintegrasikan solusi pemasaran untuk belanja dan data sosial.

        Walmart di tahun 2017 mengumumkan menggandeng JD, sehingga terjadilah aliansi strategis. Langkah ini sebagai bagian dari perjanjian JD mengambil kendali pasar Yihaodian, Walmart mengakuisisi 5 persen saham di JD dan mereka menyetujui sejumlah area kerja sama yang berbeda yang mencakup area daring dan O2O dari bisnis kedua perusahaan di China.

        Bukan cuma Walmart yang ikut memainkan peran, Farfetch, raksasa layanan e-commerce mewah yang berbasis di kantor pusat di London, juga mendapat kucuran uang senilai 397 juta dolar dari JD di tahun 2017. Kesepakatan itu difokuskan pada penghormatan Farfetch terhadap kekayaan intelektual yang kontras dengan reputasi Alibaba. Kemitraan JD dan Farfetch juga bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar mereka di China.

        Sementara itu bagaimana persaingan JD dengan Alibaba? Membandingkan Alibaba dengan JD seperti membandingkan Amazon dengan eBay. Kedua raksasa memiliki pelanggan mereka sendiri, itulah sebabnya mereka memiliki pengaruh tertentu atas pasar ritel di China dan juga berkembang secara global dengan kecepatan yang eksponensial.

        Kedua platform e-commerce tersebut secara bergiliran meluncurkan toko retail offline mereka yaitu Hema dan 7Fresh yang mendorong strategi 'retail baru' China.

        Pada Mei 2019, persentase Alibaba dari total penjualan e-commerce ritel di China adalah 55,9 persen, sedangkan JD adalah 16,7 persen, menurut laporan oleh eMarketer.

        Singkatnya, JD adalah pengecer penjualan langsung yang menggunakan model yang mirip dengan Amazon. Berbeda dengan model e-commerce Alibaba, JD.com menyimpan, memasarkan, dan mengirimkan barang dagangan langsung ke konsumen China melalui jaringan pelayaran nasionalnya, yang mencakup komponen pengiriman jarak jauh di sebagian besar negara.

        Jadi, sejak 2004 hingga saat ini, JD telah ada selama hampir 17 tahun. Dalam 17 tahun terakhir, JD telah berubah dari start-up yang rapuh, yang dipaksa oleh SARS untuk bertransformasi, menjadi perusahaan wirausaha, tumbuh menjadi warga korporat yang mampu memberikan kontribusi kepada negara dalam waktu yang sangat sulit seperti COVID -19.

        Selama 17 tahun terakhir juga menyaksikan pertumbuhan JD dari perusahaan mikro dengan hanya puluhan karyawan menjadi perusahaan Fortune 500 dengan lebih dari 260.000 saudara dan sistem rantai pasokan yang lengkap.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: