Kisah Perusahaan Raksasa: US Foods, Distributor Layanan Makanan dengan Pendapatan Tahunan 24 Miliar Dolar
US Foods Holding adalah distributor layanan makanan Amerika Serikat yang merupakan salah satu perusahaan raksasa berdasar total pendapatan (revenue).
Fortune Global 500 mencatat nama US Foods sebagai salah satu yang terbesar pada tahun 2020 dengan total revenue di angka 25,9 miliar dolar AS, sedangkan profit yang didapat sekitar 385 juta dolar AS. Kini US Foods ada di peringkat ke-494 Fortune Global 500 namun entitas ini telah berdiri sejak abad ke-19.
Dikutip dari Funding Universe, asal-usul berdirinya perusahaan distributor makanan asal AS itu sejalan dengan perkembangan orang Amerika membeli makanan, perekonomian, dan industrinya. Misalnya, perkembangan seluruh industri beralih dari pedagang grosir kecil yang berwirausaha memasok toko grosir eceran menjadi distributor regional dan nasional besar dengan berbagai lini produk.
Di abad ke-19, Monarch Foods, salah satu pendahulu dari US Foods yang sekarang, dahulunya sebagai Reid-Murdock Company, sebuah perusahaan ekspedisi menyediakan kereta wagon menuju barat, yang didirikan tahun 1853.
Sementara itu, John Sexton & Company sebagai pedagang teh dan kopi di Chicago pada tahun 1883. Sexton segera mengetahui bahwa hotel dan restoran adalah pelanggan terbesarnya dan ia menghentikan bisnis ritelnya sama sekali.
Sebelum pergantian abad, Sexton mulai memproduksi acar, saus salad, manisan, dan jeli untuk menjamin kualitas tingkat tinggi yang seragam bagi pelanggan institusionalnya.
SE Rykoff & Company yang berbasis di Los Angeles didirikan pada tahun 1911, dan keluarga Mazo dan Lerch memulai bisnis mereka di Virginia utara pada tahun 1927. Sebagian besar pedagang grosir ini cenderung berspesialisasi, menjual barang ke toko bahan makanan lokal.
Pada awal 1930-an, distributor, termasuk Mazo-Lerch Company, mulai menawarkan makanan beku, terutama kentang goreng beku dan jus jeruk. Distributor jasa makanan melayani klien institusi yang menyediakan makanan jauh dari rumah, tidak seperti distributor eceran, yang menjual ke toko kelontong.
Dengan perang yang terjadi di Korea, pemerintah federal menerapkan kembali kontrol harga, termasuk batas atas 16 persen pada keuntungan kotor distributor makanan. Sekitar selusin perusahaan bertemu di Chicago untuk menanggapi tindakan itu.
Karena lebih mahal untuk mendistribusikan ke pelanggan institusi mereka daripada ke toko grosir, para distributor ingin dianggap terpisah dari grosir grosir dan plafon mereka dinaikkan menjadi setidaknya 21 persen. Mereka berhasil dalam upaya lobi mereka.
Pada akhir 1950-an, sebagian besar distributor telah menambahkan makanan beku ke lini produk. Perbedaan pertama antara kedua kelompok muncul pada tahun 1951, dengan pembentukan Asosiasi Distributor Institusional.
Delapan tahun berselang, Mazo-Lerch mengadakan pameran makanan pertama, dan merupakan salah satu distributor pertama yang menawarkan program dispenser daging dan minuman.
Tren diversifikasi berlanjut selama bertahun-tahun, karena distributor jasa makanan menyediakan barang-barang sekali pakai seperti serbet kertas dan taplak meja, diikuti oleh barang pecah belah dan porselen, kemudian alat ringan dan berat.
Pada tahun 1965, orang Amerika menghabiskan hanya 20 sen dari setiap dolar makanan untuk makanan jauh dari rumah. Total penjualan distributor tahun itu diperkirakan 9 miliar dolar AS, dan rata-rata distributor institusional memiliki volume tahunan 1,5-2 miliar dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: