Beberapa negara sedang gencar lakukan vaksinasi corona--termasuk Indonesia--demi mengurangi bertambahnya pasien COVID-19.
Berbagai jenis vaksin COVID-19 pun telah digunakan sejumlah negara untuk diberikan kepada masyarakatnya. Sebut saja vaksin vektor adenoviral rekombinan dari Oxford-AstraZeneca.
Selain itu ada juga jenis inactivated vaccine (menggunakan virus yang sudah dimatikan) yang digunakan oleh Sinopharm. Messenger RNA (mRNA) yang digunakan oleh Moderna, hingga inactivated virus yang digunakan oleh Sinovac.
Baca Juga: Tekan Laju Sebaran COVID-19, Pegadaian Gunakan Alat Tes Covid-19 Karya ....
Baca Juga: Kontribusi Sawit: B30 Turunkan Emisi Karbon Dioksida Hingga 23,3 Juta Ton
Lantas dari sejumlah jenis tersebut, apakah efektivitas vaksin memberikan yang berbeda-beda? Terkait hal tersebut Spesialis Penyakit Dalam Konsulatan Imunologi, dr. Suzy Maria, Sp.Pd-KAI angkat bicara.
Dia menjelaskan bahwa beberapa vaksin yang sudah tersedia saat ini itu diteliti pada kelompok populasi yang berbeda. Untuk mendapatkan nilai efektivitas vaksin itu, kata dia tergantung dari tingkat penularan penyakit di daerah penelitian tersebut.
Dia memberi contoh, misalnya vaksin A diteliti di negara A. Vaksin B diteliti di negara B, maka masyarakat tidak bisa langsung membandingkan karena angka efektivitas vaksin A lebih tinggi itu lebih baik daripada vaksin B. Sebab kedua vaksin itu diteliti di kelompok yang beda.
"Tapi yang pasti secara umum vaksin yang sudah tersedia mencetuskan respon antibody yang sangat baik, respons kekebalan yang dicetuskan sangat baik dan itu sudah cukup," katanya, Jumat (5/2/2021).
Di sisi lain, Suzy juga menjelaskan bahwa efektivitas kekebalan tubuh (imun) yang dipicu melalui vaksinasi dengan kekebalan alami yang didapatkan dari infeksi langsung adalah sama.
"Keunggulan seseorang yang divaksin vaksin tidak mengalami fase sakit seperti orang terinfeksi alamiah. Jadi itu keunggulannya, akan terbentuk kekebalan yang sama baiknya dengan infeksi alamiah," tutur dia.
Suzy juga menjelaskan bahwa kekebalan tubuh yang didapatkan dari program vaksinasi COVID-19 juga dapat bertahan lama. Dalam penelitian, dia menjelaskan bahwa orang yang mendapat vaksin COVID-19, kekebalannya bisa bertahan hingga enam bulan pasca divaksin.
"Orang yang mendapat vaksin COVID-19, kekebalannya 6 bulan setelah divaksinasi dia masih bagus," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: