Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, program Biodiesel 30 atau B30 telah berkontribusi dalam penurunan emisi gas karbon dioksida selama 2020.
"Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida di tahun 2020," kata Airlangga dalam webinar "Peran Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Nasional", Sabtu (6/2/2021).
B30 merupakan bagian dari pengembangan yang dilakukan pemerintah dari permintaan domestik akan olahan produk sawit. Menurut Airlangga, kontribusi sawit sendiri signifikan dalam kategori ekspor non migas.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Green Energy dan Listrik Melalui Sawit
Baca Juga: Petani Milenial Jabar Bakal Terapkan IoT, Apa Kelebihannya?
"Sawit berkontribusi terbesar kepada ekspor non migas sebanyak 13 persen," ujarnya.
Indonesia juga mampu menjadi "pricemaker" dalam industri sawit global karena kapasitas Indonesia dalam produksi produk mentah maupun olahan sawit, menurut Airlangga
"Indonesia mampu menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia," katanya.
Selain itu, industri sawit sendiri menjadi industri yang tidak terdampak oleh pandemi Covid-19 selama pandemi. Airlangga menyebut, kinerja perkebunan sawit masih optimal dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
"Di saat banyak sektor ekonomi terdampak covid-19, industri kelapa sawit menjadi salah satu dari sedikit industri nasional yang tidak terkena dampak covid-19. Operasional perkebunan sawit terus berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan," lanjutnya.
Pemerintah juga berencana melakukan peremajaan, atau replanting sawit seluas 180 ribu hektar di tahun 2021. Tujuannya, menurut Airlangga supaya produktivitas kebun rakyat bisa ditingkatkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: