Politisi senior sekaligus pendiri Partai Demokrat Muhammad Darmizal MS buka suara soal isu kudeta yang dilontarkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Bahkan, isu kudeta tersebut menunjuk nama Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko.
Terkait itu, ia menilai di bawah kepemimpinan AHY saat ini, banyak pengurus yang kurang berkompeten. Baca Juga: Ngeri!! Kalau Pendiri Demokrat Sudah Bongkar Semuanya, SBY dan AHY Bisa Bantah?
“Analisa saya, pengurus saat ini banyak yang instan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (9/2/2021) kemarin.
Bahkan, ia juga menilai para kader terkesan melupakan perjuangan para pendirinya. Baca Juga: Makjleb! Istana Pastikan Jokowi Tak Balas Surat AHY, PDIP: Gagal Upaya Demokrat Framing Opini
“Tidak mau paham dengan tetesan darah dan keringat para pendiri yang sekarang diabaikan,” katanya, dilansir JPNN.
Kemudian, sebaliknya, gaya kepemimpinan saat ini juga lebih banyak intrik, tapi malah minus semangat berjuang dan kebersamaan.
Menurut dia, cara-cara seperti ini, akan membuat partai berlambang bintang mercy itu akan ‘dihukum’ oleh sistem demokrasi di Indonesia.
Hal inilah yang kemudian membuat banyak kader bahkan pendiri merasa kecewa dengan pemimpin Partai Demokrat saat ini..
Tak hanya itu, kekecewaan yang mendalam juga pasti dirasakan masyarakat yang dulu mengidolakan Partai Demokrat sebagai pilihan terbaik dalam pemilu, utamanya seperti pada 2009 lalu.
“Jika caranya seperti ini, maka tahun 2024 bisa menjadi pemilu terakhir yang diikuti Partai Demokrat,” kecamnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan ada gerakan politik tertentu untuk mengambil alih kepengurusan partai secara inkonstitusional. Baca Juga: Sebut PDIP Tak Punya Calon Sekuat AHY-Anies, Rocky Gerung Kena Getahnya, Langsung Dikepret Masinton
Ia menyatakan bahwa gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kami memandang perlu untuk memberikan penjelasan secara resmi tentang duduk perkara yang sebenarnya. Yaitu tentang adanya gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat," kata AHY di Jakarta, Senin (1/2/2021).
Kemudian, Politisi Partai Demokrat Andi Arief bicara terkait dalang kudeta Partai Demokrat. Ia pun menyebut nama dari lingkaran Istana yang juga orang dekat Presiden Jokowi.
“Banyak yang bertanya siapa orang dekat Pak Jokowi yang mau mengambil alih kepemimpinan AHY di demokrat,” cuitnyanya.
“Jawaban saya KSP Moeldoko,” tegasnya.
Karena itu, AHY pun kemudian mengirim surat kepada Presiden Jokowi untuk meminta konfirmasinya kebenaran kudeta Partai Demokrat.
“Kenapa AHY berkirim surat ke Pak Jokowi, karena saat mempersiapkan pengambilalihan menyatakan dapat restu Pak Jokowi,” kata Andi Arief.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak akan membalas surat yang dilayangkan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terkait adanya dugaan upaya kudeta oleh orang-orang dilingkaran Presiden Jokowi.
Hal tersebut dikatakan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Ia mengatakan bahwa surat tersebut sudah diterima, dan tidak akan dibalas oleh Kepala Negara. "Jadi kami sudah menerima surat itu. Kami rasa tidak perlu menjawabsurat tersebut," katanya, di Jakarta, Kamis (21/2/2021).
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sudah menyatakan bahwa meski ia memang pernah bertemu dengan sejumlah kader dan bekas petinggi Demokrat namun ia tidak pernah berniat untuk melakukan kudeta di tubuh partai Demokrat.
"Saya ini orang luar, tidak punya hak apa-apa gitu loh, yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? Tidak ada urusannya, 'wong' saya orang luar," kata Moeldoko pada Senin (3/2).
"Saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada pak SBY, ada putranya mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa partai politik itu biasa," ungkap Moeldoko.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil