Menurut Direktur Survey & Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara, menilai saling tuding antara kader Demokrat dan PDIP patut disayangkan.
Diketahui sebelumnya, mantan Sekjen Demokrat, Marzuki Alie menyebut Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali atas manuver Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maju di Pilpres 2009.
Terkait itu, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto kemudian membalas dengan menyebut bahwa pernyataan Marzuki Alie tersebut mengonfirmasi adanya desain pencitraan yang dibangun SBY sebagai sosok yang dizolimi. Baca Juga: Panas Isu Kudeta, AHY Sebut SBY-Jokowi Masih 'Mesra'
Menurut Igor, sejatinya hubungan Megawati dan para tokoh militer cukup baik. Seperti kedekatan dirinya dengan mantan Menhan Ryamizard Ryacudu hingga memilih Prabowo Subianto sebagai pasangannya di Pemilu 2009. Baca Juga: Panas Isu Kudeta, AHY Sebut SBY-Jokowi Masih 'Mesra'
"Saat menjadi presiden, Megawati juga merasa nyaman dengan SBY yang berlatar belakang militer untuk masuk ke dalam kabinetnya. Meski banyak suara sumbang mengatakan ada dugaan SBY terlibat peristiwa 'kudatuli', Mega tetap menjadikan SBY sebagai Menkopolkam," katanya, dilansir RMOL, Kamis (18/2).
Namun, ia menganggap Mega berubah saat SBY memutuskan maju sebagai calon presiden di 2004 silam dan menggaet Jusuf Kalla yang juga berstatus sebagai menteri Presiden Megawati.
Padahal, saat menjadi presiden, Megawati pernah menanyakan kepada SBY soal kemungkinan maju sebagai Capres di 2004 dalam sebuah rapat kabinet.
"Mega sebenarnya tidak mempermasalahkan SBY maju karena tidak dilarang UU. Namun sebagai atasan, Megawati seperti kecewa karena merasa dibohongi dengan jawaban SBY sebagai bawahannya," lanjutnya.
"Ini mungkin yang dimaksud sebagai kecolongan seperti ungkapan SBY kepada Mazuki Alie. Ditambah munculnya persepsi publik waktu itu bahwa SBY sebagai pihak yang terzolimi, padahal Megawati merasa justru dialah yang dibohongi," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil