Khawatir Jadi Korban, Singapura Serukan Warganya Segera Tinggalkan Myanmar
Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan bahwa warganya di Myanmar harus mempertimbangkan untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin. Seruan ini datang setelah meningkatnya kekerasan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan yang telah menewaskan puluhan orang.
"Warga Singapura saat ini di Myanmar harus mempertimbangkan untuk pergi sesegera mungkin dengan cara komersial sementara masih memungkinkan untuk melakukannya," kata Kementerian Luar Negeri Singapura, seperti dilansir Reuters pada Kamis (4/3/2021).
Baca Juga: Memanas, RI Desak Para WNI untuk Angkat Kaki dari Myanmar
Singapura adalah salah satu investor terbesar di Myanmar. Menurut Kementerian Luar Negeri Singapura, setidaknya terdapat 500 warga negara mereka di Myanmar.Baca juga: Polisi Tembaki Demonstran Myanmar, Upaya Diplomatik ASEAN Buntu
Sebelumnya, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan kekacauan di Myanmar kini telah di ambang perang nyata yang melibatkan organisasi etnis bersenjata. Menurutnya, kemarin menjadi hari “paling berdarah” sejak kudeta militer 1 Februari dengan total 38 orang telah tewas.
Burgener, yang merupakan diplomat Swiss, mengatakan bahwa polisi Myanmar telah menggunakan senapan mesin terhadap pengunjuk rasa. Hal itu terbukti dari video yang dikirimkan oleh para aktivis lokal.
"Kami sekarang memiliki lebih dari 50 orang tewas sejak kudeta dimulai dan banyak yang terluka," kata Burgener.
Burgener menambahkan bahwa perang nyata sekarang mungkin telah terjadi di Myanmar. Dia menyerukan tindakan tegas terhadap tentara negara itu atas kudeta yang dilakukan.
"Ini bukan urusan internal; ini membutuhkan stabilitas kawasan. Kami tahu bahwa organisasi etnis bersenjata bertekad untuk tidak membiarkan ini berlanjut,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: