Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Di Alaska, Pejabat Top AS dan China Bakal Lakukan Pertemuan Tingkat Tinggi Perdana

        Di Alaska, Pejabat Top AS dan China Bakal Lakukan Pertemuan Tingkat Tinggi Perdana Kredit Foto: AP Photo/Graeme Jennings
        Warta Ekonomi, Washington -

        Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken akan bertemu dengan pejabat tinggi China pada 18 Maret di Alaska. Ini adalah pertemuan tingkat tinggi pertama antara kedua negara di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. 

        Pertemuan tingkat tinggi antara AS dan Cina dilakukan setelah Blinken kembali dari kunjungan luar negeri pertamanya ke negara sekutu yaitu Jepang dan Korea Selatan pada pekan depan. Pertemuan AS dan China diadakan di tengah strategi diplomatik AS untuk memperkuat aliansi di Asia dan Eropa dalam menghadapi tantangan dari China.

        Baca Juga: Akhirnya Datang Juga! Siap-siap, Diplomat Top AS dan China Segera Bertemu untuk...

        “Penting bagi kami bahwa pertemuan pertama pemerintahan ini dengan pejabat China diadakan di tanah Amerika, dan terjadi setelah kami bertemu dan berkonsultasi erat dengan mitra dan sekutu di Asia dan Eropa,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.

        Psaki mengatakan, penasihat keamanan nasional Jake Sullivan akan bergabung dalam pertemuan di Anchorage, Alaska dengan diplomat tinggi China Yang Jiechi dan Penasihat Negara Wang Yi. Psaki mengatakan, pemerintah akan menjalin hubungan dengan China yang sejalan dengan para mitranya. 

        "Pertemuan itu akan menjadi kesempatan untuk membahas berbagai masalah, termasuk masalah di mana kami memiliki ketidaksepakatan yang mendalam," kata Psaki.

        Pemerintahan Biden telah berkomitmen untuk meninjau kebijakan AS terhadap China. Hubungan kedua negara ekonomi terbesar dunia ini berada di titik terendah dalam beberapa dekade selama masa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. 

        Di hadapan Komite Urusan Luar Negeri House of Representative, Blinken mengisyaratkan bahwa pendekatan AS terhadap China kali ini akan berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan mantan Presiden Trump menuai kritik karena gagal mencapai kemajuan untuk mengembalikan hubungan yang harmonis dengan China. 

        “Saat ini tidak ada niat untuk serangkaian keterlibatan lanjutan. Keterlibatan tersebut, jika ingin diikuti, benar-benar harus didasarkan pada proposisi bahwa kami melihat kemajuan yang nyata dan hasil yang nyata pada masalah yang menjadi perhatian kami dengan China," kata Blinken.

        Pertemuan Blinken dengan pejabat tinggi China dilakukan setelah Presiden Biden menggelar pertemuan virtual dengan pemimpin negara Quad, yang dipandang sebagai bagian dari upaya AS untuk meningkatkan diplomasi di Asia.

        Pendekatan AS dengan negra Quad juga bertujuan untuk menyeimbangkan kekuatan milier dan ekonomi China yang sedang tumbuh.

        Pakar Asia di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, Bonnie Glaser menilai, pemilihan waktu AS untuk bertemu dengan China mengirimkan pesan bahwa Washington memiliki aliansi yang kuat.

        Glaser memperkirakan, pertemuan AS dan China cenderung akan fokus pada kebijakan China terhadap Hong Kong, tekanan China pada Taiwan, dan perlakuan mereka terhadap Uighur di Xinjiang.

        "Jika China mengulangi pesan mereka yang terkandung dalam pidato baru-baru ini bahwa, AS harus disalahkan atas masalah dalam hubungan AS-China, maka tidak ada hal positif dari pertemuan ini," kata Glaser. 

        Pakar dan kelompok hak asasi PBB mengatakan, China telah menahan lebih dari satu juta orang Uighur dan minoritas lainnya di Xinjiang. Amerika Serikat menilai tindakan ini sebagai genosida.

        Beijing membantah telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia. China mengatakan fasilitas kamp-kamp di Xinjiang berfungsi untuk pelatihan kejuruan dan melawan ancaman terorisme. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: