Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kilang Balongan Ludes Terbakar, Said Didu Sarankan Impor BBM

        Kilang Balongan Ludes Terbakar, Said Didu Sarankan Impor BBM Kredit Foto: Antara/Dedhez Anggara
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu mengatakan bahwa PT Pertamina (Persero) sudah seharusnya melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk menambah pasokan di Kilang Balongan yang ludes terbakar.

        Terbakarnya kilang minyak Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, diprediksi membuat perusahaan mesti mengimpor bahan bakar minyak (BBM). Empat tangki minyak yang ludes terbakar di area Kilang Balongan, dinilai bakal membuat negara kehilangan devisa yang cukup besar. Hal itu dikarenakan PT Pertamina (Persero) harus menutup stok bahan bakar minyak (BBM) yang ludes terbakar.

        Baca Juga: Kaget Saat Tahu Tangki Balongan Terbakar, Orang DPR Minta Pertamina Jamin Pasokan

        Sekretaris Kementerian BUMN periode 2005-2010 itu mengatakan, kapasitas empat tangki yang terbakar diperkirakan mencapai 125 ribu barel per hari. Jika Pertamina akan impor, maka devisa yang keluar dari Indonesia sebesar dengan kapasitas tersebut.

        "Di tengah masalah kesulitan devisa, dan akan impor sebesar Balongan 125 ribu bph," kata Said dalam webinar Narasi Institute soal Dampak Ekonomi BBM atas Terbakarnya Kilang Balongan, Jumat (2/4/2021).

        Asumsi diambil dari kapasitas produksi Balongan yang mencapai 125 ribu barel per hari.

        "Pertamina juga menanggung rugi dari menguapnya potensi untung dari produksi di kilang sendiri. Apalagi, Kilang Balongan merupakan kilang paling modern milik Pertamina," katanya.

        Said Didu mengatakan bahwa langkah impor BBM sudah tentu perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

        "Kalau berkurang 100 ribu barel saja sudah pasti harus nambah impor dong. Sebenarnya sederhana sekali pemikirannya," katanya.

        Said Didu membeberkan, di kondisi pandemi ini memang konsumsi menurun hanya 1,2 juta barel tapi artinya tetap harus impor untuk memenuhi kebutuhan 400-500 ribu barel per hari.

        "Walaupun sudah impor tapi saya yakin harus menambah impor karena berkurangnya produksi, kecuali surplus ini kan kurang. Kilang kita sekarang kurang lebih 800 ribu barel, konsumsi 1,6 juta barel," katanya.

        Hal senada juga dikatakan oleh Pengamat Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES) Kurtubi menilai terhentinya produksi di kilang Pertamina bakal berimbas pada menipisnya stok BBM Pertamina.

        Selain dipasok dari kilang Pertamina lainnya, ia menyebut tambahan lain akan dipenuhi lewat impor. Tak ada kebakaran pun, menurut dia, pemerintah masih bergantung pada impor, apalagi bila ada kebakaran kilang.

        "Tambahannya ya impor karena sebelum ada kecelakaan kebakaran ini kita amat sangat tergantung BBM impor. BBM impor luar biasa gedenya karena kapasitas kilang terbatas banget," kata Kurtubi, Jumat (2/4/2021).

        Dia menilai kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kebakaran tidak terlalu signifikan. Justru, ia menilai kerugian paling besar datang dari salah tata kelola Pertamina yang telah berlangsung selama 20 tahun.

        Rendahnya produksi dalam negeri, terbatasnya kilang di dalam negeri, dan SOP penanganan kecelakaan yang masih lemah, menjadi tiga catatan yang ia desak harus segera diperbaiki.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: