Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wakil Ketua BKSAP: Sawit Indonesia Sudah Bersahabat dengan Lingkungan

        Wakil Ketua BKSAP: Sawit Indonesia Sudah Bersahabat dengan Lingkungan Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Energi terbarukan telah menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh negara dunia dalam memperbaiki lingkungan. Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi memenuhi capaian tersebut yakni kelapa sawit.

        Kelapa sawit tidak hanya menjadi primadona, tetapi juga menjadi masa depan bangsa. “Tidak ada negara lain sebaik negara kita pertumbuhan sawitnya. Kita punya 12 jam sinar matahari, 365 hari, dan tidak ada musim dingin. Maka sawit tumbuh dengan baik. Kita produsen sawit terbesar di dunia. Tantangannya adalah kampanye negatif terhadap produk sawit kita,” kata Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Achmad Hafisz Tohir seperti dilansir dari laman dpr.go.id.\

        Baca Juga: TKKS Sawit Dibutuhkan Jepang untuk Bioenergi

        Tantangan berupa kampanye negatif tersebut datang dari Uni Eropa yang selalu menyuarakan isu lingkungan terhadap produk sawit Indonesia. Menurut Hafisz, isu lingkungan yang disuarakan Uni Eropa dinilai tidak adil. Dulu, memang petani Indonesia menebang pohon untuk menanam sawit. Tapi, kini lahan-lahan tidak produktif diubah menjadi perkebunan sawit, sehingga bernilai ekonomi tinggi dan lingkungan pun terjaga.

        Lebih lanjut Hafisz mengatakan, bila isu lingkungan ini dikaitkan dengan masa lalu, maka Indonesia juga bisa menggugat negara-negara Eropa yang dulu menggunduli hutannya untuk membangun ibukota.

        “Sekarang orang menanam sawit tidak lagi membakar lahan. Zaman sudah berubah. Kalau kita kembali ke masa lalu, kita juga bisa protes pada Inggris dan Prancis. Kenapa Paris hutannya digunduli untuk membangun kota indah Paris. Begitu juga London dan Washington DC. Yang sudah berlalu ya sudah. Kita bicara ke depan,” paparnya.

        Ditambahkan Hafisz, Uni Eropa harus membuktikan bahwa perkebunan sawit di Indonesia merusak lingkungan. Justru, dikatakannya, 43 persen lahan sawit tersebut berada di daerah terlantar yang kemudian diperbaiki ekosistemnya. Jadilah kini lahan sawit. Tidak ada yang rusak, malah lingkungan membaik.

        "Ini harus kita kampanyekan kepada negara-negara sahabat. Jangan sampai ada yang mengatakan produk sawit mengganggu karbonisasi dunia. Ini harus kita jelaskan kepada dunia," ujar Hafisz. 

        Di sinilah BKSAP DPR intens melakukan diplomasi parlemen kepada negara-negara sahabat terutama Uni Eropa. Sawit di Indonesia sudah menjadi masa depan bangsa di sektor perkebunan dan industri. Sawit mampu menggantikan energi fosil yang kini dikenal dengan B30 berupa BBM jenis solar.

        "Sawit di Indonesia sudah bersahabat dengan lingkungan. Sudah menganut tata lingkungan dan tata kelola yang baik. Bahkan, kita sudah punya konsultan untuk memberi sertifikasi produk sawit yang layak untuk dikonsumsi," pungkas Hafisz.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: